Sabtu, 27 September 2014

filantrofi

Baiklah.. kali ini saya dibuat speachless.
Oleh mereka, para pemilik "tangan panjang". Mereka yang kerap sekali berderma. Mungkin bisa dikatakan ini hobi yang menjadi candu. Maka, sebutlah mereka, filantropi.

Saya telah menjadi saksi orang-orang dengan tipe ini. Percaya tidak percaya, saya suka mengamati para filantropi yang mampir ke kantor saya. Wajahnya damai, dan saya mendapati ketentraman dan kelapangan yang emmm.. sulit digambarkan.

Banyak memberi, tak akan membuatmu Miskin

Ini janji Allah. Dan saya termasuk kedalam tipe orang yang percaya bahwa banyak memberi justru membuat kita semakin kaya.

Namun, permasalahan akan muncul bilamana ada kondisi memberi menjadi sesuatu yang berat saat dalam kesempitan. Maka inilah ujiannya. Memberi saat lapang adalah kebaikan, tapi, selalu ada kebaikan di atas kebaikan yang lain yaitu memberi saat dalam kesempitan. Ini yang mungkin untuk kalangan kita yang masih perhitungan dengan kalkulasi duniawi menjadi perihal yang bikin kita jadi mikir very deep. Yeah, untuk pemilik iman yang masih compang camping macam kita *saya terutama*, perlu banyak belajar agar bisa jejeg untuk soal yang satu ini.

Saya teringat kisah seseorang, sebutlah namanya Budi. Budi bercerita, bahwa dia pernah bertekad untuk istiqomah memberi. Lalu dia dihadapkan pada kondisi, "diminta" untuk berinfaq sandal bagi pedagang kaki lima yang tak beralas kaki. Saat itu, dia merasa mudah untuk melakukannya. Selanjutnya, Ujian serasa bertambah berat tatkala Budi dihadapkan pada kondisi yang hampir sama dengan pedagang kaki lima yang tak beralas kaki berjumlah banyak *saat itu, dia tak mengatakan jumlahnya berapa, atau saya lupa??*. Nah, saat itulah kemudian tekadnya serasa Allah uji kesungguhannya. Dan Budi, dengan jujurnya mengatakan, "kali ini saya belum lulus".
Hiyaaaah.. #jleb

Doi bilang klo doi belum lulus. Karena doi masih merasa berat di ujian keduanya. Lha saya?? *pletak*. Saya merasa sungguh luar biasa, sebab niat baiknya Allah kabulkan. Ini terlihat awesome, bahwa secara tidak sadar, Allah tengah mendidiknya dan membantunya untuk mewujudkan impiannya menjadi filantrofi. Tentu, dengan ujian yang datang secara eksponensial mengikuti arus ketulusan yang muncul. 

Well, pada proses perjalanannya, kita akan dapati mereka-mereka *para filantrofi* menjadi begitu menggebu untuk soal berbagi. Seperti sudah ketagihan kalau saya bilang. Mungkin mereka telah begitu menikmatinya.

Nah ini..
Rasanya kita belum pada tahap menikmati amalan hingga menjadikannya candu yang membuat kita rindu untuk berlaku.

#notetomyself                                                                                                     

Senin, 22 September 2014

Taghoful

Ini tema yang menarik..





TAGHOFUL





Sikap toleransi.



Tapi... tidak dibenarkan diterpkan dalam mengajarkan Al Qur'an.

Ceracau

Bagaimana?
Iya.. oke..
Tapi.. emm.. lama? Mau?
Gak papa.. tolong di jaga ya.
Baiklah..
Siap!

*dan dalam episode antara perkataan iya dengan klimaksnya pertemuan antara harap dan kenyataan*
Engkau seperti layaknya camar dalam sangkar.
Tahu seperti apa?
ah sudahlah.. ini tidak perlu dibahas.
Percaya bukan?
ini tidak mudah..
Engkau seperti sedang menebak-nebak jalan baru.
Ah masa? ini tidak baru.. hanya saja aku belum merasakannya.
Sama saja..
kata siapa?
Ah kau.. mengigau saja..
 

Jumat, 12 September 2014

Simple

Ceritanya tadi malam, entah mengapa tetiba saya menjadi begitu tersentuh dengan episode kebahagiaan kasir indomar*t. Saat saya hendak membayar barang belanjaan, saat itu pula saya merekam adegan tertawanya mbak kasir yang sedang bercanda dengan mas indomar*t nya. Padahal, kau tau ? saya aja gak paham apa yang sedang mereka obrolkan hingga bisa memproduksi tertawa yang memecah kesunyian malam tadi *tsah*. Yang saya ingat, saya hanya melihat adegan tertawa yang menurut saya itu adalah tertawa yang penuh ketulusan *ngomong apa sih ?*

Saya jadi ingat, banyak quote dan status yang silih berganti bermunculan di beranda medsos saya tentang « Bahagia itu sederhana « atau « happiness is simple » atau lagi « sederhana itu bahagia » dan masih banyak yang lainnya. Yang semuanya seperti ingin mengingatkan pada saya, heloooo… bahagia itu sederhana broo.. sesederhana senyumanmu.. iya.. senyum kamu.. kamuu.. yang ada disana.. yang lagi gelantungan di pohon pisang (?) #eaa #uhuk *keselek biji kedondong*

Kemudian, seperti ada banyak Tanya yang bermunculan dalam benak saya. Emang sederhana yang di maksud itu apa sih? Sebebas persepsi orang saat menginterpretasikannya kah? Bahagia itu apa?

Saya menemukan jawabannya.

Kau hanya perlu membuka pintu rumahmu, lalu cobalah keluar. Kau kan dapati banyak varian bahagia dan diversifikasinya di sepanjang langkah perjalananmu. Senyatanya, bahagia tak melulu soal materi, kesehatan atau sebentuk karunia yang membuat senyum tersungging. Karena bahagia juga milik mereka yang merintih kesakitan atau senyum tabah mereka yang ditinggalkan, bahkan milik mereka yang papa.

Bahagia adalah persepsi.

Nanti

Nanti ya..
Saat kau.. kalian.. *aku juga* menikah..

Yang perlu diketahui adalah bahwa hidup tak hanya bercerita soal 2 sejoli (yang tengah kasmaran),
seperti yang sering dipertontonkan sinetron atau novel roman..
aku dan kamu atau tentang kita.

tapi, perlu kita ingat..
bahwa kita hidup pula bersama mereka : orang tua, saudara, teman, dan tetangga..
yang kehadiran mereka bahkan sudah mampir lebih dulu ketimbang..
ketimbang orang yang sering kita sapa "cinta".

Senin, 01 September 2014

Pernahkah kau pikir??

Wanita banyak memiliki asa.. tentang sesosok yang akan membersamainya.
Kemudian di hadapkan pada kondisi persimpangan yang rumit. Dipertemukan dengan yang mapan, tapi keyakinan tak kunjung datang, keraguan menyeruak, mengkungkung pekat. Namun, pada saat yang sama, berharap akan datang pemberani  yang akan menyelesaikannya.

Oh dear, keberanian tak sesederhana itu bagi kaum adam. Kau tau? Bagi laki-laki, memunculkan keyakinan bukanlah perkara yang sepele. Sebab, banyak konsekuensi logis yang akan timbul setelah keputusan itu di buat. Kau harus paham, bahwa pertimbangan keberanian saja tak cukup. Mungkin bagimu ini sangat mudah. Tapi tidak untuk mereka.

Dia, lelaki itu.. yang setelah keputusan ini di buat, maka seketika itu, dia telah mengambil alih kehidupanmu dari pria yang kau sebut Ayah. Seluruh keperluanmu, hidup dan matimu, saat itu pula amanah membimbing dan meluruskanmu (yang cenderung bengkok) berpindah padanya.

Mungkin bagimu ini sederhana. Tapi Lelaki, tahu bahwa kehidupan tak secantik dongeng cinderella seperti yang selalu kau impikan.

Bisa jadi, lelaki belum memiliki keberanian, sebab ia takut tak dapat memperlakukanmu sedemikian rupa hingga kau merasa terpenuhi dan bahagia. Bisa jadi dia ragu, tak selevel walimu dalam mengurus kebutuhanmu. Meski kerinduan begitu sangat, tapi dia sejenak berhenti melangkah tersebab merapikan perbekalannya. Berusaha memantaskan diri dan meyakinkan diri bahwa dia layak untuk membawamu ke jannah melalui tangannya.

Maka, ini bukan soal keberanian saja. Cobalah kau pikirkan wahai wanita. Keberanian selalu menimbulkan resiko. Asamu memang membumbung ke langit, namun, tak ada cerita melangit sebelum menjejak langkah dahulu ke bumi bukan?

Semoga Allah hadirkan keyakinan dan keberanian pada masing-masing.


*disadur dari fragment perjuangan

wan handrid

99.
Dan ini yang ke 100.
Alhamdulillah.

2 tahun sudah perjalanan blog ini. Masih muda. Masih bayi sekali. Berusaha meyumblimasi ketakutan menulis menjadi kepercayaan diri untuk mencoba hal baru.

Emm.. sebetulnya sih enggak baru-baru banget. Lah wong saya sudah suka menulis sejak orang tua membelikan pena pertama untuk saya *yaiks*. Tapi harus saya akui, saya telah mengalami sekian banyak proses pertumbuhan menulis eh.. perkembangan menulis ding. Mulai dari gaya tulisan, fokus tulisan sampe pada busana tulisan (?).

Alhamdulillah. Kalau bukan karena Allah yang Maha Keren memberi setitik asa dan harapan bahwa saya bisa ngopeni blog dan menulis macem-macem disini, maka blog ini tidak akan hidup. Kalian harus paham, bahwa menumbuhkan mood menulis itu sama sulitnya seperti menumbuhkan rambut bagi orang berkepala botak (?) *ups*.

Dokumentasi yang terpublish ini cukup membantu saya untuk mereview sejauh mana kapasitas saya dalam menulis. Dari sini saya jadi tahu.. kalau saya itu ababil banget. Haha.. #jedderr

Untuk ukuran orang dengan sanguin mellow dramatis, jangan heran, anda akan menemukan tulisan-tulisan aneh dengan banyak emoticon yang absurd.

Over all, saya sangat menikmati cara belajar saya ini. Bagaimana mendokumentasikan pengalaman pada tarian jemari. Mengolah kalimat agar pesan sampai pada kepo-ers eeh pembaca maksud saya *piiss*.

Karena saya juga termasuk penikmat tulisan, maka saya harap para pembaca juga menikmati catatan saya ini. *yang absurd di buang ke laut aje ye*

Mimpi kedepan :
Semoga catatan saya jauuuh lebih banyak berisi kontemplatif yang kosntruktif.
Aamiin.

~menjelang september ceria *_*

Nyampah

Kalau berbicara soal perkembangan zaman. Tidak hanya soal teknologi yang berkembang dengan pesat. Tapi efek dari pesatnya teknologipun ikut berkembang. Selain itu, kalian tau? Bahasa pun agaknya tak mau ketinggalan zaman. Dia bermutasi dan kemudian berkembang biak menjadi banyak ragam dan jenisnya. Di indonesia, selain ada bahasa indonesia dan bahasa daerah, ada pula yang namanya bahasa alay. Emm.. mungkin bahasa alay ini adalah hasil dari perkawinan tidak sempurna antara bahasa indonesia yang di asingkan atau sebaliknya. Selain itu, kita sering mendengar istilah bahasa gaul dari mulut anak-anak bau kencur dan ingusan. Maka, jangan heran.. orang-orang yang gak ngerti bahasa gaul akan di anggap ndeso dan katrok *kasian deh loe*.

Baiklah, masih soal bahasa, berkembangnya media sosial di kalangan masyarakat dunia kemudian memunculkan istilah-istilah baru yang dirasa lebih hemat dan tidak menguras jumlah karakter huruf. Wal hasil, jangan tanyakan arti CMIIW ke nenek kalian ya, pliisss.. kalau kalian tidak mau melihat nenek kalian stroke. Aaah.. saya kadang heran, mengapa jumlah karakter di twitter sangat di batasi? Ini yang pada akhirnya muncul singkatan-singkatan yang aneh.

Tidak heran, perkara sampah menyampah pun mulai berkembang. Padahal negara sudah di bikin pusing akibat banyaknya sampah yang belum terkelola di TPA, dan sekarang?? Nyampah pun sudah menjadi budaya di kalangan nettizen. Orang bebas menyampah ria dimana aja yang mereka suka, curhat sana sini dan mengumpat dimanapun. Dari sinilah, manusia seperti di manjakan dengan beragam fasilitas untuk men-share apapun. Apapun! Foto selfie dengan muka miring 45derajat, mata belo dan bibir monyong 3 senti, kabar duka, kabar bahagia, umpatan, kejengkelan dan keluhan. Baiklah.. pada akhirnya sajadah dan tempat sujud dilupakan. Oke fix!

Selama setahun, Indonesia menghasilkan sampah 73 juta ton sodara-sodara!. 73 juta ton. *mata terbelalak* baik saya kasih angka 0 nya 73.000.000 ton atau setara 73.000.000.000 kg. Ini baru sampah fisik yang kita lihat sehari-hari. Belum lagi sampah media sosial dan sampah masyarakat (ups). Betapa menyedihkannya.

Kita tahu, banyak sudah tawaran solusi atas permasalahan sampah ini. Tapi kadang kita lupa, kita sendiri (sebagai kontributornya) belum memiliki sikap bijak terhadap persoalan mendasar ini. Masih nyampah sembarangan. *nunjuk diri sendir* #pletaakk

Jumat, 29 Agustus 2014

raindropbow

Embun.. pelangi..
Keduanya sama sama rapuh.
Keduanya mudah menghilang.
Keduanya memiliki limit waktu yang sama.
Terbatas pada jarak pandang.
Terbatas pada sebab munculnya.
Keduanya punya kesetiaan.
Embun pada pagi,
Pelangi pada hujan.

*Baiklah.. kau jatuh hati pada yang mana?

*aku?
Aku tetap pada pelangi..

pelangi sejuta warna..

Kamis, 28 Agustus 2014

Spora(dis)



“di sini, gak ada warung atau tempat fotokopian yang gak ada abang parkirnya. Fotokopi  Cuma 500 rupiah, parkirnya 1000 rupiah. Okee.. dompet lama-lama jebol juga”.

~Temen saya sedang membacakan status salah satu teman fb nya.
Haha.. lucu.. sangat humality *kata raditya dika*

Tapi saya lagi tidak tertarik bahas abang parkir dan dunia per-parkir-an.

Tetiba, sesaat setelah status itu di bacakan teman saya, dan sesaat setelah saya tertawa. Saya kemudian teringat masa-masa unyu saya di kampus ungu. Betapa momen yang mengharu biru, penuh kelucuan dan kepolosan anak-anak ingusan pasca melepas seragam putih abu-abu. Dengan semangat yang menggebu-gebu, kuliahpun sampai tak ingat waktu.. berangkat kuliah hari sabtu.. sungguh lucu dan lugu.. lalu... tergugu karena tak ada guru.

Senin, 25 Agustus 2014

bzzzztt

Bisa kah aku memiliki hatimu?

*Jedduuugg*
Aduuuhh..

~Ooh.. itu cuma mimpi ._____.

Jumat, 15 Agustus 2014

Rain

Bagaimana rasanya mendengar kabar orang tua sakit? emm.. mungkin lebih tepatnya di vonis ada gangguan kesehatan dalam tubuhnya dan membutuhkan penanganan yang cukup serius.

Saya, dan dominan akan merasakan sperti di sambar petir, kaget, sedih, dan ada rasa tidak percaya. Bahwa, orang yang selama ini kita harap harus selalu dalam kondisi prima dan sehat, ternyata tak selalu dalam kondisi baik. Saya jadi berfikir, mungkin, kali ini, sudah waktunya kita mendengar berita-berita semacam itu. Bahwa kemampuan akan semakin berkurang sejalan dengan pertambahan usia. Memang harus siap mental.
Sudah saatnya, kita, sebagai anak, ada di garda terdepan yang menjadi motivator untuk orang tua. Agar semangat hidup tetap menyala, agar mereka tetap memiliki senyum kehidupan.
Minimalisir ikut-ikutan panik, ikut menggalau dan sedih berkepanjangan.

*menjadi sahabat untuk berbagi, menjadi anak yang bisa di andalkan :')

*buat mamah sama ayah*

Peluk dari jauh :’)

Bekel

Untuk menjadi apa yang dinamakan besar, apa yang dikatakan orang sebagai hebat, maka konsekuensinya, kau harus mau menjadi bola bekel. Yang mampu terpelanting jauh, bahkan mungkin jauh dari harapan si empu saat menjatuhkannya. Yang mampu berlarian hebat dan berkejaran bersama sang empu untuk menaklukannya, membawanya kembali ke dalam kantong plastik mainannya.

Terkadang, atau mungkin memang seperti itulah hukum alamnya. Bahwa sejatinya kita membutuhkan tekanan, rival/lawan, masalah-masalah, dan stressor lainnya agar otak kita bekerja lebih ekstra. Agar kita mampu menemui pengalaman, lalu bertemu dengan hikmah dan selanjutnya (semoga) berubah menjadi bijak. Agar dari sini, identitas kita dapat teruji, siapa dan seperti apa saya.

Itu artinya, kita harus siap terjatuh dan dijatuhkan, siap di banting dan membantingkan diri. Siap berkawan dengan penat yang bertambah-tambah, yang semuanya membawa kita pada kondisi yang tidak nyaman. Tapi kemudian menjanjikan kehidupan cerah setelahnya.

Kita pasti telah banyak membaca atau menjadi saksi si “bola bekel” ini. Untuk menjadi keren, maka harus siap belepotan. Tidak ada cara yang instan untuk menjadi mutiara, sebab mutiara sendiri di hasilkan dari pasir dan air mata kerang yang terjadi bertahun-tahun.

Kau akan menjadi sebesar harapan dan usahamu.


#ngaca di depan cermin

Lo(trust)ve



“cinta menjadi terlalu kanak-kanak untuk menjadi landasan kebersamaan kita. Kita butuh landasan yang lebih dewasa dari pada cinta, yaitu kepercayaan. Percaya, untuk saling menitipkan masa depan dunia akhirat masing-masing”
~ nazrul anwar

Kemudian, masih dengan coretan dari orang yang sama :
Keberhasilan sebuah hubungan tidak ditentukan dari seberapa dekat atau lama kita memulainya. Tapi dari seberapa kuat kita mempertahankannya sampai akhir”
#jleb

Masih dengan topik yang sangat sangat sangat mainstream. Kali ini saya mau curhat. *emang biasanya curhat keleeuss...* :D #ttssaaah

Berhubung lagi trending topic, salah satu sinetron yang sedang banyak digandrungi oleh para ibu-ibu, remaja, bapak-bapak dan (mungkin) aktivis dakwah. Tentang problematika rumah tangga. Kalian tau?? Yaapp betul sekali, CHSI. *catatan hati suami istri* eeh.. bukan bukan.. yang bener catatan hati si boy.. oh.. masih salah.. ini yang betulan.. catatan hati seorang istri. *horee beneeer.. *kasih aplause donk*

Saya bukan penikmat dan maniak sinetron indonesia. Tapi cukup tau lah perkembangan sinetron tanah air. Bermodal kepo sana sini biar bisa ngimbangin obrolan emak-emak dan anak ABG labil *emang kamu gak labil, Mil?? #mikir*. Nah dari proses kepo mengkepo inilah kemudian saya berhenti sejenak dan #mikirkeras dengan sinetron CHSI.

Awal saya tahu tentang tayangan perdana CHSI, saya merasa punya ekspektasi lebih terhadap sinema ini, bahwa setidaknya, doi bakalan menjadi pembawa angin segar bagi kesuraman dunia persinetronan tanah air. Lalu semangat 45 lah saya untuk mencoba melihatnya di episode ke 2. Ini karena saking santernya berita di media sosial yang saling berseliweran memenuhi serambi fb saya, tentang cerita mereka-mereka untuk episode perdananya. Baiklah, kali ini saya mengalah untuk mengikuti ego watak goldar O saya (a.k.a tukang kepo). Saya pun menonton.


Hening...




Waauuw.. saya jadi punya kesimpulan absurd : O... ada sebutan baru untuk wanita idaman lain.. hello kitty..
Ah, betapa kasihannya saya pada boneka pink putih yang lucu, imut-imut dan menggemaskan seperti saya (?), bahwa dia secara disengaja telah menjadi kambing hitam dunia percekcok-kan kerumahtanggaan. Oh dear, i’m very sad to hear that.. sungguh malang nasibmu. *berkaca-kaca*.

Lupakan hello kitty. Biarkan dia move on dengan caranya sendiri.
Lupakan CHSI, biarkan dia move on dari si hello kitty.

Oh ya, saya pernah mengalami ketakutan yang biasa saja terhadap sebuah kehidupan yang disebut biduk rumah tangga. Sempat terfikirkan. Bagaimana rasanya, menikah dengan orang yang kita tak pernah mengenalnya sama sekali? Oh.. membayangkannya, seperti sedang hidup bersama beruang (?) *hubungannya apa??*. Saking penasarannya, saya tanya pada ibu.
Ibu ketawa.
Lalu ketawanya seperti ketawa ngejek.
Sungguh menjengkelkan sekali.
Ibu ketawa lagi.
Lalu menjawab :
“cinta itu gak penting, kalau sudah menikah, semuanya akan berjalan secara naluriah. Allah yang akan menuntunnya untuk saling mempertahankan.”

Lalu..
Pernah di perkuat pula oleh paman saya di suatu obrolan siang hari :

“yang pertama kali Mamang minta ke Allah saat mau ijab adalah minta untuk diberikan rasa kasih sayang terhadap istri. Sebab Mamang gak pernah kenal sama bibi kamu, sebelumnya”.

Aiissh.. romantis sekali kisah orang tua di atas sana. Beda dengan yang saya lihat di tipi-tipi.

Jadi inget paragraf awal ya..

Cinta memang kanak-kanak, tapi sekanak-kanaknya cinta, cinta pula yang membuat kehidupan penuh warna. Cinta juga yang membuat bertahan. Cinta juga yang membuat kata kau dan aku menjadi kita.

Gak perlu mencarinya,
Karena cinta sudah ada.. cinta sudah hidup sepaket bersama rasa percaya.
Percaya untuk saling menitipkan masa depan dunia akhirat masing-masing.

Karena percaya, adalah manifes cinta di masa depan. Itulah mengapa, percaya menjadi soal yang lebih rumit, kompleks dan dewasa.
#tssaaah lagi

Sabtu, 02 Agustus 2014

Pelita

thanks for being my light..

and you know, dear?
when i feel dark, and i so scared about it..
you came in with a light.
then, you light me up

you lead me out..
and you make me smile..
suddenly, you make me really cheerful with you.

~mila annisa
~home, 2 agustus 2014~

Jumat, 25 Juli 2014

candu

Kalau rumah itu candu..
Maka, saya telah dengan sengaja menikmatinya.
Bahwa.. saya merasa kehilangan akal sehat..
Bagaimana caranya dengan waktu singkat *cling*
Saya bisa dengan segera mencium aroma tanah depan rumah..
Membau wangi softener khas kesukaan mamah..
Menikmati kesibukan ayah dini hari..
Tentu saja, melakukan aktivitas yang saya sukai : menjahili si bungsu, berantem lalu melihatnya menangis.. haha :p
Ada lagi..
Membincang tentang apapun dengan si bujang satu-satunya.

Maka, rumah itu candu yang membuat saya rindu.

Jumat, 27 Juni 2014

Apex radicis



Proses mendidik anak adalah proses belajar sepanjang hayat. Betul???
Bisa jadi betul. Hmm.. mungkin jawaban saya ini belum bisa dikatakan tepat sebab saya belum memiliki pengalaman menjadi orang tua. *haha.. alasan klasik*

Tapi, untuk menjalani apa yang dinamakan belajar, tak melulu harus melaluinya terlebih dahulu kan? Sebab banyak orang bijak di luar sana yang mau berbagi pengalaman. Maka, jadilah kita menemukan hikmah tercecer dari sekumpulan kisah yang terhampar.

Kembali pada tema utama kali ini. Tentang anak. Kenapa ya, anak... lalu wanita... kedua hal ini selalu menjadi topik yang tak pernah habis? Selalu menarik meski sudah sering banyak di bahas. Selalu membuat penasaran meski apa yang ada pada mereka adalah rahasia umum. Selalu terkesan baru meski sepertinya kisah demi kisahnya sangat klasik. Bahkan sudah ada sejak jaman rambut fir’aun di belah tengah. Mungkin. Dan kalian juga akan menemukan beberapa catatan saya, terinspirasi dari 2 jenis makhluk hidup ini. Kenapa? Kenapa??? Kenapaaa????
Apakah?
Apakah karena saya wanita (?)
Saya rasa bukan.

Ah.. sudahlah.. Saya seperti terpenjara pada proses yang bernama ‘finding the root cause’. lalu, kemudian saya akan sampai pada apa yang pernah di ajarkan dalam kehidupan para pelajar bernama 5W 1H. Forget it!

Fear Factor



~Late post~

Saya mau pamer. Kalau saya (akhirnya) berani melawan ketakutan pada jarum suntik yang gede dan panjangnyaaaa... bikin bulu kuduk merinding, pingin ngacir dan kabur ke pantai.

Setelah sekian lama, akhirnya saya mampu menyumblimasi perasaan takut ini menjadi sebuah rasa kepercayaan diri untuk mengatakan “mbak/mas, saya mau donor darah”. Lebay kah saya? Saya rasa sangat!. Tapi pada kenyataanya, itulah yang menjadi alasan primordial untuk membuat sebuah penolakan halus. Heloooww... hari gini masih takut jarum? Ke laut aje gih. Iiihh.. suka suka dong.. :p. Itu adalah alasan yang paling krusial bagi saya. 

Selasa, 24 Juni 2014

"Mate"

salah satu kalimat yang selalu terngiang dalam benak saya adalah :
bahwa jodoh, sama misterinya dengan kematian.

Awal membaca quote ini, yang ada dalam pikiran saya adalah ke-ngeri-an. Iyaa.. cukup bikin jidat saya mengkerut agak lama. Mencari korelasinya. Dan yaapp.. bener juga..
dua hal itu sama-sama misteri. Tak ada yang tahu kecuali Allah..

Tapi, kembali saya merenungi..
dua hal ini tetap memiliki perbedaan yang mendasar pula untuk menjawab sebuah harapan.
Bahwa yang pasti adalah tetap kematian.
tapi jodoh??
belum tentu..
why??
sebab takdir bertemunya jodoh tidak selalu di dunia..

Kamis, 19 Juni 2014

Cermin

Dik : mbak.. ak mau cerita..

Mbak : boleh boleh.. cerita apa dik? #Penuhsemangat

Dik : bla..bla..bla.. #%)?#\#_@`%@'..
Aku harus gimana mbak?

Mba : #jleeb *nelenludah*

Hening...

*****

Allah punya begitu banyak cara untuk mentarbiyah seorang hamba.
.
Dan.. seperti apa rasanya, jika di suatu kondisi, engkau di mintai nasihat yang sebetulnya, nasihat itu jauh lebih cocok untuk dirimu sendiri.

Maka, seketika Allah sedang mendidikmu, mengingatkanmu dengan cara yang paling halus..

Pada akhirnya, engkau sedang menasihati diri sendiri.. meski melalui orang lain tentunya.

****

Senin, 02 Juni 2014

entahlah

Menjadi pelupa itu gak enak. Sebab ia harus memiliki energi lebih untuk mengingat sesuatu. Harus punya kesabaran penuh saat membuka memori demi memori..

Jumat, 23 Mei 2014

Dakwah Kampus, Antara Adaptasi namun Tak Sampai Mati (Artikel th 2011)



  Latar Belakang
Posisi strategis dunia kampus, baik terhadap maysarakat ataupun pemerintah semakin jelas. Kampus memegang kepemimpinan berpikir, kepercayaan dan harapan masyarakat bagi transformasi  sosial menuju keadaan yang lebih baik. Oleh karena kompleksnya system yang ada di kampus, maka tak heran jika kampus disebut pula sebagai miniature sederhana dari sebuah kehidupan. Sehingga –dalam konteks keberislaman- kampus menjadi ladang subur yang dapat menumbuhkan benih-benih afiliator Islam. Posisi tawar yang sangat potensial ini jelas menjadi alasan utama mengapa kampus menjadi primadona dakwah untuk beberapa generasi, bahkan insyaallah hingga detik ini.
          Dakwah kampus dihadapkan pada kenyataan bahwa mahasiswa, baik sebagai sasaran dakwah maupun pelaku aktivitas dalam regenerasi dakwah kampus, tidak dapat dipandang sebagai individu yang berdiri sendiri tanpa dipengaruhi kondisi kekinian yang melingkupinya. Seperti halnya suatu system yang terbuka, dakwah kampus tak pernah luput dari pengaruh-pengaruh yang juga ikut berperan dalam setiap perjalanannya. Meski memang sebenarnya, dakwah kampus haruslah menjadi system yang bisa mewarnai, bukan terwarnai. Namun, sunatulloh, para penggerak dakwah –dalam hal ini aktivis dakwah kampus- juga tak luput dari ujian keimanan. Sehingga berpengaruh pula pada keberjalanan dakwah secara menyeluruh. Mencoba beradaptasi, namun tidak sampai mati.

Je T'aime, Baba..



Saya tidak pernah tahu. Apa yang ayah saya rasakan saat pertama kali melihat saya lahir kedunia? Sebahagia apa? Melebihi kebahagiaan Julius Caesar saat di terima cintanya oleh Cleoparta-kah? Ah.. saya pikir lebih dari itu. J

Lalu, bagaimana perasaan ayah saat menggendongku untuk pertama kalinya? Bagaimana perasaan beliau saat untuk pertama kali dalam kehidupnya, ada sesosok anak kecil yang memanggilnya “ayah”, lalu memintanya menggendong, membuatnya bersusah payah untuk menghentikan tangisan, bertanya ini itu tak karuan, kemudian waktu terasa begitu cepat berlalu. 24 tahun. Lama. Cepet. Lama tauu.. cepet ah. Emm.. relatif sih..

Dan ini pula yang membuat saya galau. Apakah ayah merasakan waktu cepat berlalu? Putra putri kecilnya sudah bertumbuh menjadi sosok yang lebih sering membantah daripada menurut, mengajak berdebat, dan apakah pernah pula membuatnya menangis. Oh pliiss.. semoga tidak. (Peluk ayah).

Banyak kisah, dimana cinta nya ayah itu unik, berbeda dengan ibu yang ekspresif. Ayah lebih sering menyembunyikan air mata di kantongnya, ayah juga jarang sekali mengatakan cinta, tapi kalian harus tau, ayah itu punya cinta yang luas. Tapi tidak dalam bentuk kalimat. Cintanya ayah akan seketika ter-ejawantahkan dalam bentuk sikap, perhatian, dan pelukan. Mungkin juga jarang berkata “rindu / kangen”, tapi jauh dari kata itu, ayah selalu menyelipkan nama anaknya dalam setiap baris do’a di tepi malam.

Ah, seperti lelaki saja kau Mil. Sok tau.

Aptuyu deh. :-p