Kamis, 17 April 2014

Sajak Keterasingan

Seperti berada di ladang baru,
Menyiangi dan memanen pohon yang dahulu menyemainya pun tidak,
Kau tahu?
Dia seperti entitas baru dalam kehidupanku,
Lalu, Mmenyusup masuk pada pola ritme nada dan lagu,
menggubah sebagian.. 
ah tidak.. bahkan hampir seluruh isi yang ku bangun..
Aaarrrgggh..
Harus bagaimana?
Menyukainya adalah seperti memakan buah maja.
Melangkah bersamanya, adalah seperti berjalan bersama bara api,
Diam? Tidak. 
Ini bukan hanya soal memberi makan anak ayam.
Mungkin,
ya.. mungkin..
aku hanya belum menikmati apa yang menjadi caraku dalam menaati Nya,

*Kamis, 17 april 2014*

Selasa, 08 April 2014

Nanti.. bukan jika..



Nantinya, kita tak perlu membaca buku yang sama.
Aku memahami cara berpikirmu, bukan ia yang menulis buku di hadapanmu itu.
Nantinya, kita tak perlu menikmati jenis masakan yang sama.
Bukankah di dunia ini memang begitu banyak bumbu?
Nantinya, kita tak perlu jatuh cinta pada langit yang sama.
Pagi atau senja, sama-sama cantiknya.
Nantinya, kita pun tak perlu jatuh cinta pada Bumi yang sama.
Timur atau barat, sama-sama dalam kuasa-Nya.

Nantinya, kita tak perlu sibuk dengan hobi yang sama.
Kau tahu, bahagia itu memang timbul dengan banyak cara.
Nantinya, kita tak perlu menikmati kopi dengan cara yang sama.
Kopimu tawar tanpa gula. Aku, sebaliknya.
Bahkan, tak perlu suka keduanya.
Bisa jadi, kau justru membencinya. Tidak masalah.
Nantinya, kita pun tak perlu selalu satu suara.
Ada kalanya suarakulah yang kau tinggikan, meski kecenderunganku pada perasaan, bukan rasionalitas.

Nantinya, kita memang harus siap dengan segala pertidaksamaan.
Sebab nantinya, hidup yang kita jalani seperti Aljabar, tidak melulu tentang persamaan.
Nantinya, kita memang tak perlu memiliki banyak kesamaan.
Sebab apa jadinya pelangi jika ia berwarna merah semua?
Dan nantinya, kita hanya butuhkan ini yang sama.
Ini, yang mereka sebut cinta.
Cinta kita adalah cinta karena-Nya.
Kita masih satu frekuensi, kan?
Sefrekuensi menuju Surga-Nya
Jika frekuensi kita tak senada,
mungkin ini saatnya berbenah.

***
reblogg from lanina lathifa..
iyaa.. nantinya.. tak melulu harus sama..
kau utara, aku selatan..
namun, cinta pada Nya lah yang lalu menyatukan utara dan selatan.

*haah,, refreshing..
its okey.. *seruput teh hangat*

Pelangi sejuta warna

Kali ini, Pelangi menjadi candu.
Seperti hal nya pungguk,
namun tidak sedang merindukan purnama,
hanya saja..
pungguk senantiasa menanti hadirnya pelangi,
di sela-sela rintik hujan yang mulai reda.

kau tau?
padahal pelangi tak selalu hadir setalah hujan,,
biarlah..
untuk kali ini,
biar asa yang membuatnya hidup..
bahwa..
suatu saat.. ia kan temui pelangi di antara celah dedaunan..
pelangi dengan sejuta warna.