Bissmillah..
Ku awali catatan ini dengan
kalimat basmallah,, smoga Alloh senantiasa menyertai tiap kata yang terukir
dengan keberkahan. Dan semoga Alloh jaga dari keangkuhan diriku sebagai
penulisnya.. serta, smoga Ia pun berkenan menjaga tiap lisan dan laku ku.
Hmm.. terinspirasi dari agenda
Training Akbar Pementor 2012. Sungguh, karunia luar biasa ketika aku diberikan
kesempatan untuk membaca essay adik2 pementor baru. Ini termasuk penugasan pra
TAP, so, mau gak mau mereka ya harus buat. Beruntungnya, essay itu minimal 1
lembar, jadiii.. banyak yang pada bikin sesuai batas minimal,, hehe,, hemat
waktu dan tenaga, jadi 3 atau 4 jam aja udah selesei. ^^
Membaca berpuluh puluh essay itu,
membuatku bisa mengeluarkan beberapa jenis emosi.. mulai dari yang ketawa
ngakak (sumpah,, ada essay yang gokil abiss,,) sampai yang bikin aku terharu
hingga ingin sekali mengeluarkan butiran bening dari pelupuk mataku., ada juga
ekpresi heran plus mengernyitkan dahi,, akhirnya kutemui beberapa essay yang
copy paste (hehe,, hayoo,, ada yg ngaku gak ya? haha.. santai aja dinkk..).
Singkat cerita, essay tersebut
mengangkat tema “antara aku dan mentoring”. Hmm,, sebenarnya cukup sederhana,
hanya tinggal mengumpulkan mozaik2 kecil hidup kita, kemudian memadukannya
menjadi sebuah ukiran mini tentang mentoring. Nah, disinilah seninya, aku
mendapatkan banyak bentuk ukiran yang indah ketika membacanya,, hingga
kemudian, terselip pertanyaan pula dalam diriku,, “ sebenernya, aku sendiri
sudah memaknai mentoring dalam diriku belum ya? atau hanya sekedar membebaskan
tanggung jawab saja, dan menganggapnya sebagai rutinitas pekanan?”.
Pertanyaan yang cukup menohok
relung hatiku.. sungguh, aku takut dengan perasaan ini, sebab terkadang
rutinitas justru akan mematikan hati jika tak difahami dengan benar. Rutinitas
akan membawa kita pada titik jenuh yang akhirnya akan menebalkan dinding
sensitivitas kita akan urgensi aktivitas yang dilakukan. Seperti pertanyaan
adik mungilku beberapa waktu lalu, “teteh,, aku bosen tau sholat terus,, pengen
deh, sekali gak sholat, blab bla bla..”. Dia mungkin masih terlalu kecil untuk
memahami urgensi “kenapa harus sholat 5 kali sehari”, tapi pertanyaannya cukup
cerdas untuk mengembalikan kesadaran kakak nya akan pentingnya pemahaman.
Kembali pada pembahasan
mentoring, dari essay yang aku baca, banyak yang mengutip “mentoring memang
bukan segala galanya, tapi segala galanya bisa berawal dari mentoring”. Dan
semua, telah melogikakannya dengan pengalaman yang mereka dapatkan. Well, aku
gak akan bahas poin ini..
Poin mendasar yang akan ku angkat
adalah, “why”. Mengapa? Pertanyaan yang akan membuat otak kita berpikir ekstra
untuk sebanyak mungkin mencari alasan (eiitss bukan alibi lho ya..) dan dasar
kita berbuat sesuatu. Dan akhirnya, mengapa kita harus mentoring? Dan kenapa
pula kita harus menjadi pementor? Toh banyak ladang ilmu yang bisa kita
dapatkan diluar mentoring, asal mau cari aja, pasti ketemu, tiap hari bahkan.
Dan pun, banyak kok ustadz atupun ustadzah yang jauh lebih capable dari kakak
mentor kita. Terkadang, dimentoring, sesi curhat jauh lebih banyak dari pada
kajiannya,, truss darimana kita bisa menambah ilmu agama?? (pertanyaan yang
bikin galauuu)
Selintas, ada benarnya juga
pernyataan di atas. Malah sangat benar. Dan itu kita alami bukan?. Hanya,
pemahaman yang perlu diluruskan disini tentang makna mentoring agama islam.
Mentoring memang bukan kajian pekanan yang diisi oleh pakar ataupun ahli agama,
kalau mau nyari yang begitu,, silahkan cari di agenda masijd2, pasti banyak.
Tapi sobat, mentoring jauh punya tanggung jawab besar tentang pembentukan
karakter. Dan itu jarang kita temukan di kajian tematik. Mentoring selalu
memikirkan follow up (tindak lanjut dari aktivitasnya), oleh karena itu, kita
pasti tidak asing dengan istilah “mutaba’ah, rihlah, amal yaumi, targetan,
sbgainya”. Di mentoring pula, kita serasa menemukan keluarga baru, sahabat
baru, dan akhirnya membentuk lingkungan yang kondusif untuk proses perbaikan
diri kita. Maka, tak heran, hasil dari mentoring itu akan sangat lama
terlihatnya. Tidak instant, skali lagi, tidak instant.
Maka, modal yang dibutuhkan
disini oleh para pementor tidak hanya sekedar pengetahuan dan wawasan yang luas
ataupun pemahaman yang mendalam, tapi kepandaian kita untuk menyampaikan,
memahami karakter, menyayomi, merendahkan hati, ketelatenan, dll juga
akan sangat diperlukan. Yang mungkin tidak semua mubaligh (ulama) miliki.
Nah itulah yang membedakan
mentoring dengan kajian tematik lainnya. Maka, ubahlah persepsi bahwa kita akan
meningkat ilmunya hanya dari mentoring. Tapi, kita akan terjaga dan terbina dan
terkontrol melalui mentoring. Mentoring adalah sarana follow up dari setiap
ilmu yang kita dapatkan diluar sana. So, gak heran, sesi diskusi akan di
utamakan disini, karena pementor bukanlah guru dan mentee bukanlah murid.
Mereka hanya dibedakan oleh faktor usia dan angkatan, tapi satu tujuan, belajar
bersama untuk menjadi insan yang be better and better.
Naah,, sudah makin mantap kah?
Mari berproses melalui mentoring. Smoga bermanfaat,,
Jangan pernah puas, karena ilmu
Alloh terlalu luas untuk kita serap setahun atau dua tahun saja..
Wallou ‘alam
(karunia terindah adalah
ketika Alloh masih menempatkan kita pada kondisi yang “saling menasihati dalam
kebenaran dan kesabaran”, sungguh, aku yakin, di luar sana, banyak yang rindu
“diingatkan”, banyak yang kesulitan mencari tempat untuk menyejukan hatinya,
dan banyak yang sebenarnya mereka butuh sentuhan kebaikan. Bersyukurlah kawan,,
sebab kita berada di lingkaran ini,, kitalah yang membutuhkannya, bukan
lingakaran ini yang membutuhkan kehadiran kita. Memang bukan satu satunya, tapi
inilah kesempatan yang diberikan Nya pada kita. Sebab, jika kita pergi, maka
akan ada banyak orang yang antri untuk menggantikan posisi kita, dan maukah
kita pergi setelah Alloh berbaik hati memberikan peluang ini pada kita?,
manfaatkanlah momentum ini bukan dengan keangkuhan tapi dengan kesungguhan
memperbaiki diri, sebelum Alloh mengubah kehendak Nya pada kita. )
Wisma hanifah, 30 juni 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar