Latar
Belakang
Posisi strategis dunia
kampus, baik terhadap maysarakat ataupun pemerintah semakin jelas. Kampus
memegang kepemimpinan berpikir, kepercayaan dan harapan masyarakat bagi
transformasi sosial menuju keadaan yang
lebih baik. Oleh karena kompleksnya system yang ada di kampus, maka tak heran
jika kampus disebut pula sebagai miniature sederhana dari sebuah kehidupan. Sehingga
–dalam konteks keberislaman- kampus menjadi ladang subur yang dapat menumbuhkan
benih-benih afiliator Islam. Posisi tawar yang sangat potensial ini jelas
menjadi alasan utama mengapa kampus menjadi primadona dakwah untuk beberapa
generasi, bahkan insyaallah hingga detik ini.
Dakwah
kampus dihadapkan pada kenyataan bahwa mahasiswa, baik sebagai sasaran dakwah
maupun pelaku aktivitas dalam regenerasi dakwah kampus, tidak dapat dipandang
sebagai individu yang berdiri sendiri tanpa dipengaruhi kondisi kekinian yang
melingkupinya. Seperti halnya suatu system yang terbuka, dakwah kampus tak
pernah luput dari pengaruh-pengaruh yang juga ikut berperan dalam setiap
perjalanannya. Meski memang sebenarnya, dakwah kampus haruslah menjadi system
yang bisa mewarnai, bukan terwarnai. Namun, sunatulloh, para penggerak dakwah
–dalam hal ini aktivis dakwah kampus- juga tak luput dari ujian keimanan.
Sehingga berpengaruh pula pada keberjalanan dakwah secara menyeluruh. Mencoba
beradaptasi, namun tidak sampai mati.
B.
Pembahasan
1. Dakwah Kampus dan
Tujuannya
Dakwah kampus merupakan sebuah
fase yang penting dalam dakwah secara umum. Salah satu tujuannya adalah
mensuplai alumni yang berafiliasi terhadap Islam serta mengoptimalkan peran
kampus dalam proses transformasi masyarakat menuju masyarakat yang madani. Dengan
peran ini, maka dakwah kampus merupakan sebuah dakwah yang harus dilakukan.
Untuk seorang Aktivis Dakwah Kampus (ADK), dakwah di kampus juga bisa dijadikan
sebagai tempat latihan beramal, mempersiapkan diri untuk memasuki medan dakwah
yang lebih berat, yakni dakwah di masyarakat kelak.
Dakwah kampus memiliki kekhasan
tersendiri dalam pergerakannya dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi
lebih terhadap masa depan suatu bangsa, karena mahasiswa merupakan cadangan
masa depan. Ketika dakwah kampus bisa memasok alumni yang berafiliasi terhadap Islam,
maka perbaikan umat di masa datang menjadi sebuah keniscayaan.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) pada
suatu kampus menjadi sebuah kebutuhan. Dia berfungsi sebagai garda terdepan
dalam syi’ar Islam di Kampus. Dia mempunyai fungsi utama dalam hal dakwiy (syi’ar
dan kaderisasi) dan khidamy (pelayanan). Dua fungsi utama ini menjadi
target awal bagi sebuah LDK dalam menjalankan amanahnya. Seiring berjalannya waktu,
ternyata LDK dirasa perlu melakukan sebuah ekspansi terhadap agenda dakwahnya
ke arah siyasi (social dan politik), faniy (keprofesian) dan ilmiy
(keilmuan). Adanya ekspansi dakwah ini bertujuan agar dakwah yang dilakukan
bisa merangkul semua masyarakat dan melingkupi semua aspek kehidupan.
Dalam konteks perubahan,
pergerakan mahasiswa dan kampus tidak bisa terlepas dari pergerakan di kalangan
ulama, intelektual, pers, pengusaha maupun militer. Puzzle-puzzle pergerakan
ini harus tersusun menjadi sebuah bangunan pergerakan yang kuat dan produktif. Masing-masing komponen memberikan kontribusi
terbaiknya untuk perubahan.
2. Kondisi Dakwah Kampus
Saat ini
Kelangsungan hidup dakwah kampus
dipengaruhi oleh beberapa factor yang dapat dibagi ke dalam 2 faktor utama.
Yaitu factor internal dan factor eksternal dari dakwah kampus.
a.
Factor internal
Sudah merupakan suatu hal yang klasik,
jika internal selalu menjadi masalah utama dalam setiap sistem yang terbentuk.
dalam hal ini, yang menjadi factor internal yang berpengaruh adalah para
penggerak dakwah itu sendiri yang lebih dikenal dengan sebutan aktivis dakwah
kampus. Kondisi dakwah kampus dapat menjadi refleksi dari kondisi masing-masing
individu aktivis dakwah kampusnya.
Masalahnya bukan hanya pada kesiapan fisik
dan fikroh dari para penggerak dakwah (disini, saya lebih suka menyebut aktivis
dakwah kampus sebagai penggerak dakwah) saja. Jauh lebih penting dari itu semua
adalah factor ruhiyah dan kedekatan pada Sang pemilik jiwa. Fisik dan fikroh
belumlah cukup untuk mendongkrak dan menghilangkan segala aral melintang yang
mencoba menghalangi gerak dakwah. Jika hanya mengandalkan energy fisik dan
fikroh saja, maka pasukan Rosululloh di perang Badar akan sangat mudah
dikalahkan.
Persiapan ruhiyah adalah persiapan yang harus dilakukan oleh
para kader dakwah. Karena inilah yang menjadi energy utama untuk bisa bertahan
dalam perjuangan sehingga mampu melewati
cobaan-cobaan yang mendera. Seperti perjuangan kaum muslimin yang mampu
mengalahkan tentara Quraisy yang dari segi jumlah, sungguh tak sebanding.
Pertolongan Alloh datang,
dan karena mereka adalah pasukan yang
mampu meminang nashrulloh ketika telah dapat menunjukan totalitas
perjuangan di jalan Alloh.
Memang penguatan energi ruhiyah adalah
aktifitas yang lebih menyentuh individu kader dakwah. Namun tentu akan mejadi
kekuatan dahsyat jika regulasi sistem organisasi mencoba mangakomodasinya
amalan yang sifatnya individu. Jika suatu organisasi mencoba menjadikan suatu
aktivitas menjadi budaya, maka bukan tidak mungkin individu yang ada didalamnya
pun akan tersuasanakan. Untuk itu perlu menjadikan ibadah-ibadah sunnah sebagai
salah satu pemikat pertolongan Allah.
b.
Factor eksternal
Factor ini datang dari luar system
dakwah kampus, mempengaruhi apa
yang ada, bahkan hingga pada kondisi para penggeraknya. Seperti transisi bangsa
ini yang telah memberikan pengaruh
terhadap dinamika dakwah kampus. Tuntutan akademis, meningkatnya biaya
pendidikan, karakter mahasiswa yang semakin hedonis, munculnya berbagai harokah
da’wah dan semakin menurunnya energi pergerakan mahasiswa turut memberikan warna
tersendiri dalam denyut nadi da’wah kampus. Perubahan itu ternyata mengalir
keberbagai kampus dibelahan bumi nusantara. Oleh karena itu dakwah kampus harus
mampu menjawab tuntutan zaman yang terus berubah. Perubahan itu mengharuskan
dakwah kampus segera berbenah dan bermetamorfosa agar tak tergilas oleh roda
zaman itu sendiri.
Dakwah kampus yang sedang mengalami
transisi zaman tidak membutuhkan perubahan yang sifatnya parsial, tetapi ia
membutuhkan perubahan yang besar dan berkelanjutan disemua sayap da’wahnya.
Oleh karena itu, transisi dakwah kampus akan sulit dilewati ketika para
pelakunya tidak memiliki akal-akal besar dan paradigma baru dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang ada.
2.
Solusi pemasalahan dakwah kampus
Dari factor – factor tersebut, maka
titik tekan permasalahan ini adalah pada para penggerak dakwah. Saat ini, dapat
diamati bahwa ruh dakwah seperti menipis. Tergilas oleh kepentingan-kepentingan
pribadi yang lebih bersifat egoisme. Mungkin hal ini pun adalah akibat dari
iklim kampus yang semakin menjauhkan mahasiswa dari gerakannya.
Maka yang utama adalah bagaimana dakwah
kampus dapat memfasilitasi penggeraknya untuk dapat tetap pada ghirohnya dalam
berjuang. Beradaptasi dengan kondisi luar memang bagus, bahkan hal ini
dilakukan untuk dapat merekrut sasaran dakwah agar tertarik, yang secara sadar
mau mengikuti. Namun, perlu diingat adaptasi jangan sampai menghilangkan
karakteristik dakwah kampus hingga akhirnya justru dakwah kampuslah yang terwarnai, bukan mewarnai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar