Latar
Belakang
Posisi strategis dunia
kampus, baik terhadap maysarakat ataupun pemerintah semakin jelas. Kampus
memegang kepemimpinan berpikir, kepercayaan dan harapan masyarakat bagi
transformasi sosial menuju keadaan yang
lebih baik. Oleh karena kompleksnya system yang ada di kampus, maka tak heran
jika kampus disebut pula sebagai miniature sederhana dari sebuah kehidupan. Sehingga
–dalam konteks keberislaman- kampus menjadi ladang subur yang dapat menumbuhkan
benih-benih afiliator Islam. Posisi tawar yang sangat potensial ini jelas
menjadi alasan utama mengapa kampus menjadi primadona dakwah untuk beberapa
generasi, bahkan insyaallah hingga detik ini.
Dakwah
kampus dihadapkan pada kenyataan bahwa mahasiswa, baik sebagai sasaran dakwah
maupun pelaku aktivitas dalam regenerasi dakwah kampus, tidak dapat dipandang
sebagai individu yang berdiri sendiri tanpa dipengaruhi kondisi kekinian yang
melingkupinya. Seperti halnya suatu system yang terbuka, dakwah kampus tak
pernah luput dari pengaruh-pengaruh yang juga ikut berperan dalam setiap
perjalanannya. Meski memang sebenarnya, dakwah kampus haruslah menjadi system
yang bisa mewarnai, bukan terwarnai. Namun, sunatulloh, para penggerak dakwah
–dalam hal ini aktivis dakwah kampus- juga tak luput dari ujian keimanan.
Sehingga berpengaruh pula pada keberjalanan dakwah secara menyeluruh. Mencoba
beradaptasi, namun tidak sampai mati.