tidak perlu terlalu
bersedih kalau keberadaanmu tidak sepenuhnya dianggap secara utuh di tempat di
mana kau pernah hidup dan beredar. atau pemberianmu ternyata masih dianggap
jauh dari standar pemberian kebaikan yang ideal.
tidak perlu terlalu
bersedih, masih ada sosok dan lingkar-lingkar kebaikan lain yang kau anggap
mereka bagianmu seutuhnya, dan mereka anggap kau bagian mereka seutuhnya.
mereka yang merindukanmu untuk sekedar bersapa dan tertawa atas hal-hal yang
remeh, atau menangis dan bersedih atas hal-hal yang tidak penting pula.
tidak perlu terlalu bersedih, waktu memang membuat kita belajar menakar diri dan bercermin siapa sesungguhnya diri kita. memastikan kita bersandar kembali pada Dia yang Maha Tahu sangat detil siapa kita di masa lalu, sekarang, dan mendantang, serta apa yang terbaik untuk kita kelak.
tidak perlu terlalu bersedih, dengan begini kau jadi tahu, sebaik apapun rencana dan mimpi orang lain untukmu--bahkan sepasang insan terkasih itupun, masih jauh lebih baik rencana Allah untukmu. pada mulanya adalah harapan mereka, pada prosesnya kita sendiri yang mengusahakannya, dan di akhirnya Allah yang menentukan segalanya.
tidak perlu terlalu bersedih, waktu memang membuat kita belajar menakar diri dan bercermin siapa sesungguhnya diri kita. memastikan kita bersandar kembali pada Dia yang Maha Tahu sangat detil siapa kita di masa lalu, sekarang, dan mendantang, serta apa yang terbaik untuk kita kelak.
tidak perlu terlalu bersedih, dengan begini kau jadi tahu, sebaik apapun rencana dan mimpi orang lain untukmu--bahkan sepasang insan terkasih itupun, masih jauh lebih baik rencana Allah untukmu. pada mulanya adalah harapan mereka, pada prosesnya kita sendiri yang mengusahakannya, dan di akhirnya Allah yang menentukan segalanya.
tidak perlu terlalu bersedih, dengan posisi "tersisih" kita jadi belajar bahwa kita cuma pion-pion atas rencana indah dari-Nya. syukurnya, kita ini pion yang masih berhak punya mimpi dan merajuk: Allah, sampaikan, sampaikan pada ridha-Mu, lewat jalur apapun..
#Mbak Afifah
Tersisih itu menyakitkan rasanya…
Serasa terlempar pada tempat yang tak
kita fahami harus seperti apa di ladang ini,,
Tersisih itu menyedihkan rasanya…
Tapi mungkin itu yang terbaik untuk saat
ini,,
Sebagai ladang penyadaran akan kualitas
yang tak seberapa,
Menakarnya pada posisi apa jiwa ini,
sebagai ladang pemaham,
dan tentu, sebagai alat pelapang..
sehingga,, jangan terlalu bersedih dengan
posisi ‘tersisih’ ini,,
huznudzonbillah,,
kelak, proseslah yang akan mengantarmu
pada tahap selanjutnya,,
ishbir…ishbir…ishbir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar