Sebenarnya,
apa arti dari tanggungjawab?
Mang KBBI terlihat
berusaha keras menjawab pertanyaan saya *yang sejujurnya mungkin tidak
penting-penting amat untuk dipikirkan* hehe..
Begini katanya :
tang·gung
ja·wab n 1
keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan,
dsb): 2 Huk fungsi menerima
pembebanan, sbg akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain;
oke. Cukup membuat dahi mengkerut. Sebetulnya saya
kurang setuju banget sama kalimat yang ada di dalam kurungan (?). Tapi saya tak
mendapatkan alasan untuk menyanggahnya. -____-
well, tapi kalau di pikir-pikir ada betulnya juga. Haha..
Gini, biar saya jelaskan menurut kesanggupan saya
dalam memahami. Menerima tanggung jawab, berarti secara tidak langsung (kita)
tengah menyepakati “PAKETAN” dari yang namanya sebab akibat. Nah, kalau kata
Mang KBBI di atas, menerima pembebanan. Beban apa? Saya juga gak paham maksud
dari si mamang nya.. mari kita cari tahu Dora!! :D
Beban
itu identik dengan berat. Dan berat itu identik dengan kepayahan memikul. Maka,
mari kita ucapkan selamat bagi para pemikul tanggung jawab Dora.. SELAMAATT!!
:D :D
Maka,
memang sangat benar, tanggungjawab itu erat kaitannya dengan kewajiban untuk
memikul. Terutama, konteksnya disini adalah memikul hasil dari apa yang di
perbuatnya. Betul tidak?? *style Aa Gym*
Iya,
camkan baik-baik. Hasilnya. Akibatnya. Dan sejujurnya, saya harus mengingatkan
dengan sungguh-sungguh, Anda, anda, anda dan anda (terutama saya) *sembari
nunjuk hidung*, kita hidup dengan penuh tanggungjawab. Pada siapa? Siapa lagi
kalau bukan Maha Pemilik Kehidupan, Allah. Nah kalau sudah dengan kesadaran
penuh, maka sebenarnya, tanggungjawab-tanggungjawab lain yang berhubungan
dengan manusia, itu hanya epek samping dari tanggungjawab utama tadi.
Cuma
nih, persoalannya, kadang manusia cukup terlena dengan amanah *pengalaman*,
cukup terlena dengan imbalan keduniawian. Yang akhirnya lupa. Aah.. betapa kita
memang makhluk lemah, makhluk yang harus terus di ingatkan berkali-kali, di
gampar dan di sentil berkali-kali untuk sadar, dan kembali. Kembali.
Dan,
saya jadi mikir, kalau orang yang sudah sadar akan tanggungjawabnya, mungkin
hidupnya tidak akan penuh dengan kenyamanan dan kedamaian, otomatis dia akan
gelisah, takut, kalau-kalau tidak amanah. Yang pastinya, kita akan lihat
dampaknya, Amal dan kerjanya menjadi optimal dan maksimal. Tidak akan bisa cuek
dengan apa yang telah menjadi lingkungan tanggungjawabnya.
Memang
berat..
Yeaah..
hidup memang soal perjuangan bung,,
Kadang
saya sering merasa gelisah akan hal ini.
Tapi
kenapa saya masih (tetap) tidak maksimal memikul tanggungjawab??
*mari
kita tampar bolak balik si markumi* biar sadar, sesadar sadarnya..
Faghfirlii
ya Rabb..
Harus
selalu terus berdo’a, meminta pundak dan kaki kuat dan menyadari betapa amanah
kehidupan tidaklah sedikit. Minta untuk selalu di ingatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar