Membaca kisah ini,
sungguh menginspirasi. ya, meski kita memang belum menjadi orang tua, tapi setidaknya kita bisa mengaplikasikannya saat ini. sebagai seorang kakak,
saudara ataupun orang yang di tuakan di keluarga setelah orang tua. berlatih,
begitu istilahnya. toh, dengan ini kita bisa ikut meringankan beban orang tua dalam
mendidik adik tercinta. Berharap, smoga kita bisa ikut andil dalam pembentukan
karakter terbaik mereka. amiin..
semoga bermanfaat...
--------- ^bacalah dahulu, Bismillah^ --------
“Ketika di sekolah
kerapkali guru Thomas Alva Edison menganggap otaknya bebal sehingga tidak layak
lagi meneruskan sekolah. Kemampuan otaknya tidak memungkinkan untuk mengikuti
pelajaran di sekolah, dan karena itu ia sangat layak dipecat. Semua guru
menolak Thomas Alva Edison di sekolah mereka, kecuali ibunya. Dengan penerimaan
tulus ibunya, Thomas serasa mendapatkan kekayaan yang sangat berharga. Dan
penerimaan itu pula yang melahirkan dorongan Thomas untuk menemukan
kehebatannya. Ibu Thomas kerap mendorong dan memotivasi anaknya dengan tidak
mengatakan,”Saya tahu, Thomas. Kemampuanmu memang buruk hari ini, tetapi suatu
saat nanti kamu akan menjadi orang yang hebat.”
Tidak. Tapi Dia
percaya bahwa anaknya baik dan memiliki kompentensi luar biasa. Hanya saja
dunia belum menemukannya.”
Dengan penerimaan
dan kepercayaan serta doa ibunya, akhirnya Thomas Alva Edison menjadi orang
yang dikenal dunia. Penerimaan dan kepercayaan ibunya yang melahirkan rasa
percaya dirinya yang sangat besar, semangat yang luar biasa dan penerimaan diri
yang bagus. Dari penerimaan yang tulus tersebut, membuat berkembangnya harga
diri yang baik. Bahkan, mampu memiliki citra diri yang baik serta kemampuan
mengendalikan emosi yang mantap.
***
Sejatinya, Kisah
sikap Ibu Thomas Alva Edison dalam mendidiknya telah lebih dahulu diajarkan
Rasulullah kepada umatnya. Rasulullah Saw. bersabda,”Sesungguhnya Allah
merahmati orang tua yang membantu anaknya berbakti kepadanya”. Ketika itu,
orang-orang di sekeliling Rasulullah bertanya, bagaimana cara orang tua
membantu anak, ya Rasulllah? Nabi Muhammad Saw menjawab, “Dia menerima yang
sedikit darinya, memaafkan yang menyulitkannya, tidak membebaninya dan tidak
pula memakinya.”
Melalui sabda
Rasulullah ini, para orang tua seharusnya dapat menerima apa adanya, yang
terjadi pada anaknya. Karena amanah yang diberikan Allah selain untuk dijaga,
juga untuk dididik menjadi anak yang soleh, kreatif dan mampu serta memiliki
daya kreasi. Bukankah Rasulullah pernah bersabda, “man syabba ‘ala syai in
syabaa ‘alaihi, barang siapa menempuh masa muda dalam satu keadaan, maka dia
menempuh masa tuanya dalam keadaan itu juga.”
‘Ala kullihal,
memahami, menerima dan memberi kepercayaan pada anak saat bermain serta tetap
terus membimbingnya tanpa memaksakan kehendak orang tua, insya Allah akan
menjadikan anak yang diamanahkan Allah sebagai generasi penerus yang kreatif
dan siap bertarung untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar