Tulisan ini dari tausiahnya Aa Gym. perbedaan wajah-wajah yag kita temui
ternyata tersirat makna untuk yang memandangnya. jg wajah kita, entah apa yg di
nilai org lain untuk setiap wajah yg kita tamopilkan setiap hari. untuk itu,
mari belajar tentang wajah, tentang ketenangan dan ketentraman yang di
pancarkannya,, atau bahkan tentang kemurungan. sehingga kita bisa sama-sama
belajar untuk membahagiakan orang-orang disekitar dengan pancaran wajah yg
dimiliki. semoga. amiiin.
__________***_________________
BELAJAR DARI WAJAH
by: Aa Gym
Menarik
sekali jika kita terus menerus belajar tentang fenomena apa pun yang terjadi
dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam
target. Misalnya, hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya, wajah. Karena
masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama adalah pancaran
yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.
Ketika
pagi menyingsing, misalnya, tekadkan dalam diri: "Saya ingin tahu wajah
yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling
menggelisahkan itu seperti bagaimana?" Karena pastilah hari ini kita akan
banyak bertemu dengan wajah orang per orang. Ya, karena setiap orang pastilah punya
wajah. Wajah istri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan,
dan sebagainya. Nah, ketika kita berjumpa dengan siapa pun hari ini, marilah
kita belajar ilmu tentang wajah.
Subhanallah,
pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Tiap wajah
ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang
menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang
menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa yang menakutkan karena bentuk
hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi
menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghujam, tapi menyejukkan. Ada
yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.
Pernah
suatu ketika berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram.
Subhanallah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika
memandang wajahnya, sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung
kalbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi
hari.
Ada
pula seorang ulama yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia kelumpuhan sejak
kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan Intifadah,
Palestina. Ia tidak punya daya, duduknya saja di atas kursi roda. Hanya
kepalanya saja yang bergerak. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar kesejukan
yang luar biasa. Padahal, beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yang
dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata dibalik kelumpuhannya itu
beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita
memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.
Nah,
saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yang
menenteramkan, maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang
menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat.
Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia
membahagiakan siapa pun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita
menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud meremehkan)
ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam,
senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari
saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu, bengis dan ketus. Dan
ini pun perlu kita pelajari.
Ambillah
kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian
dari wajah kita. Buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak
menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan.
Tidak
ada salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah, raut seperti
apakah yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang
bibirnya di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang
senyum, sinis, atau kurang ramah. Subhanallah, bentuk seperti ini pun karunia
Allah yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapa pun yang
memilikinya untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.
Sedangkan
bagi wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan
lagi kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi. Karena senyum di
wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yang utama
adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita membuat di
sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad saw memberikan perhatian yang luar biasa
kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa puas.
Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw bila ada orang yang
menyapanya, menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan
beliau. Sesuai kadar kemampuannya.
Walhasil,
ketika Nabi saw berbincang dengan siapa pun, maka orang yang diajak berbincang
ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara
bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau contohkan. Dan itu
ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak
bicara.
Ada
pun kemuramdurjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul karena kita belum
menganggap orang yang ada dihadapan kita orang yang paling utama. Makanya,
terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara hanya
separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang menghampiri, kita
sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah tidak mengutamakan
orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap, itu tidak
akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yang kuat.
Orang
karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud
untuk meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang
tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan
dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang
lain!
Mudah-mudahan
kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun hanya beberapa
menit, walaupun hanya beberapa detik, subhanallah.
Allohu'alam bishshowab
Allohu'alam bishshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar