Sabtu, 30 Juni 2012

Mozaik Mentoring


Bissmillah..
Ku awali catatan ini dengan kalimat basmallah,, smoga Alloh senantiasa menyertai tiap kata yang terukir dengan keberkahan. Dan semoga Alloh jaga dari keangkuhan diriku sebagai penulisnya.. serta, smoga Ia pun berkenan menjaga tiap lisan dan laku ku.

Hmm.. terinspirasi dari agenda Training Akbar Pementor 2012. Sungguh, karunia luar biasa ketika aku diberikan kesempatan untuk membaca essay adik2 pementor baru. Ini termasuk penugasan pra TAP, so, mau gak mau mereka ya harus buat. Beruntungnya, essay itu minimal 1 lembar, jadiii.. banyak yang pada bikin sesuai batas minimal,, hehe,, hemat waktu dan tenaga, jadi 3 atau 4 jam aja udah selesei. ^^
 Membaca berpuluh puluh essay itu, membuatku bisa mengeluarkan beberapa jenis emosi.. mulai dari yang ketawa ngakak (sumpah,, ada essay yang gokil abiss,,) sampai yang bikin aku terharu hingga ingin sekali mengeluarkan butiran bening dari pelupuk mataku., ada juga ekpresi heran plus mengernyitkan dahi,, akhirnya kutemui beberapa essay yang copy paste (hehe,, hayoo,, ada yg ngaku gak ya? haha.. santai aja dinkk..).

Singkat cerita, essay tersebut mengangkat tema “antara aku dan mentoring”. Hmm,, sebenarnya cukup sederhana, hanya tinggal mengumpulkan mozaik2 kecil hidup kita, kemudian memadukannya menjadi sebuah ukiran mini tentang mentoring. Nah, disinilah seninya, aku mendapatkan banyak bentuk ukiran yang indah ketika membacanya,, hingga kemudian, terselip pertanyaan pula dalam diriku,, “ sebenernya, aku sendiri sudah memaknai mentoring dalam diriku belum ya? atau hanya sekedar membebaskan tanggung jawab saja, dan menganggapnya sebagai rutinitas pekanan?”.

Pertanyaan yang cukup menohok relung hatiku.. sungguh, aku takut dengan perasaan ini, sebab terkadang rutinitas justru akan mematikan hati jika tak difahami dengan benar. Rutinitas akan membawa kita pada titik jenuh yang akhirnya akan menebalkan dinding sensitivitas kita akan urgensi aktivitas yang dilakukan. Seperti pertanyaan adik mungilku beberapa waktu lalu, “teteh,, aku bosen tau sholat terus,, pengen deh, sekali gak sholat, blab bla bla..”. Dia mungkin masih terlalu kecil untuk memahami urgensi “kenapa harus sholat 5 kali sehari”, tapi pertanyaannya cukup cerdas untuk mengembalikan kesadaran kakak nya akan pentingnya pemahaman.

Kembali pada pembahasan mentoring, dari essay yang aku baca, banyak yang mengutip “mentoring memang bukan segala galanya, tapi segala galanya bisa berawal dari mentoring”. Dan semua, telah melogikakannya dengan pengalaman yang mereka dapatkan. Well, aku gak akan bahas poin ini..

Poin mendasar yang akan ku angkat adalah, “why”. Mengapa? Pertanyaan yang akan membuat otak kita berpikir ekstra untuk sebanyak mungkin mencari alasan (eiitss bukan alibi lho ya..) dan dasar kita berbuat sesuatu. Dan akhirnya, mengapa kita harus mentoring? Dan kenapa pula kita harus menjadi pementor? Toh banyak ladang ilmu yang bisa kita dapatkan diluar mentoring, asal mau cari aja, pasti ketemu, tiap hari bahkan. Dan pun, banyak kok ustadz atupun ustadzah yang jauh lebih capable dari kakak mentor kita. Terkadang, dimentoring, sesi curhat jauh lebih banyak dari pada kajiannya,, truss darimana kita bisa menambah ilmu agama?? (pertanyaan yang bikin galauuu)

Selintas, ada benarnya juga pernyataan di atas. Malah sangat benar. Dan itu kita alami bukan?. Hanya, pemahaman yang perlu diluruskan disini tentang makna mentoring agama islam. Mentoring memang bukan kajian pekanan yang diisi oleh pakar ataupun ahli agama, kalau mau nyari yang begitu,, silahkan cari di agenda masijd2, pasti banyak. Tapi sobat, mentoring jauh punya tanggung jawab besar tentang pembentukan karakter. Dan itu jarang kita temukan di kajian tematik. Mentoring selalu memikirkan follow up (tindak lanjut dari aktivitasnya), oleh karena itu, kita pasti tidak asing dengan istilah “mutaba’ah, rihlah, amal yaumi, targetan, sbgainya”. Di mentoring pula, kita serasa menemukan keluarga baru, sahabat baru, dan akhirnya membentuk lingkungan yang kondusif untuk proses perbaikan diri kita. Maka, tak heran, hasil dari mentoring itu akan sangat lama terlihatnya. Tidak instant, skali lagi, tidak instant.

Maka, modal yang dibutuhkan disini oleh para pementor tidak hanya sekedar pengetahuan dan wawasan yang luas ataupun pemahaman yang mendalam, tapi kepandaian kita untuk menyampaikan, memahami karakter, menyayomi, merendahkan hati,  ketelatenan, dll juga akan sangat diperlukan. Yang mungkin tidak semua mubaligh (ulama) miliki.

Nah itulah yang membedakan mentoring dengan kajian tematik lainnya. Maka, ubahlah persepsi bahwa kita akan meningkat ilmunya hanya dari mentoring. Tapi, kita akan terjaga dan terbina dan terkontrol melalui mentoring. Mentoring adalah sarana follow up dari setiap ilmu yang kita dapatkan diluar sana. So, gak heran, sesi diskusi akan di utamakan disini, karena pementor bukanlah guru dan mentee bukanlah murid. Mereka hanya dibedakan oleh faktor usia dan angkatan, tapi satu tujuan, belajar bersama untuk menjadi insan yang be better and better.

Naah,, sudah makin mantap kah? Mari berproses melalui mentoring. Smoga bermanfaat,,
Jangan pernah puas, karena ilmu Alloh terlalu luas untuk kita serap setahun atau dua tahun saja..
Wallou ‘alam



(karunia terindah adalah ketika Alloh masih menempatkan kita pada kondisi yang “saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran”, sungguh, aku yakin, di luar sana, banyak yang rindu “diingatkan”, banyak yang kesulitan mencari tempat untuk menyejukan hatinya, dan banyak yang sebenarnya mereka butuh sentuhan kebaikan. Bersyukurlah kawan,, sebab kita berada di lingkaran ini,, kitalah yang membutuhkannya, bukan lingakaran ini yang membutuhkan kehadiran kita. Memang bukan satu satunya, tapi inilah kesempatan yang diberikan Nya pada kita. Sebab, jika kita pergi, maka akan ada banyak orang yang antri untuk menggantikan posisi kita, dan maukah kita pergi setelah Alloh berbaik hati memberikan peluang ini pada kita?, manfaatkanlah momentum ini bukan dengan keangkuhan tapi dengan kesungguhan memperbaiki diri, sebelum Alloh mengubah kehendak Nya pada kita. )

Wisma hanifah, 30 juni 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar