Jumat, 23 Mei 2014

Dakwah Kampus, Antara Adaptasi namun Tak Sampai Mati (Artikel th 2011)



  Latar Belakang
Posisi strategis dunia kampus, baik terhadap maysarakat ataupun pemerintah semakin jelas. Kampus memegang kepemimpinan berpikir, kepercayaan dan harapan masyarakat bagi transformasi  sosial menuju keadaan yang lebih baik. Oleh karena kompleksnya system yang ada di kampus, maka tak heran jika kampus disebut pula sebagai miniature sederhana dari sebuah kehidupan. Sehingga –dalam konteks keberislaman- kampus menjadi ladang subur yang dapat menumbuhkan benih-benih afiliator Islam. Posisi tawar yang sangat potensial ini jelas menjadi alasan utama mengapa kampus menjadi primadona dakwah untuk beberapa generasi, bahkan insyaallah hingga detik ini.
          Dakwah kampus dihadapkan pada kenyataan bahwa mahasiswa, baik sebagai sasaran dakwah maupun pelaku aktivitas dalam regenerasi dakwah kampus, tidak dapat dipandang sebagai individu yang berdiri sendiri tanpa dipengaruhi kondisi kekinian yang melingkupinya. Seperti halnya suatu system yang terbuka, dakwah kampus tak pernah luput dari pengaruh-pengaruh yang juga ikut berperan dalam setiap perjalanannya. Meski memang sebenarnya, dakwah kampus haruslah menjadi system yang bisa mewarnai, bukan terwarnai. Namun, sunatulloh, para penggerak dakwah –dalam hal ini aktivis dakwah kampus- juga tak luput dari ujian keimanan. Sehingga berpengaruh pula pada keberjalanan dakwah secara menyeluruh. Mencoba beradaptasi, namun tidak sampai mati.
B.    Pembahasan
1.   Dakwah Kampus dan Tujuannya
Dakwah kampus merupakan sebuah fase yang penting dalam dakwah secara umum. Salah satu tujuannya adalah mensuplai alumni yang berafiliasi terhadap Islam serta mengoptimalkan peran kampus dalam proses transformasi masyarakat menuju masyarakat yang madani. Dengan peran ini, maka dakwah kampus merupakan sebuah dakwah yang harus dilakukan. Untuk seorang Aktivis Dakwah Kampus (ADK), dakwah di kampus juga bisa dijadikan sebagai tempat latihan beramal, mempersiapkan diri untuk memasuki medan dakwah yang lebih berat, yakni dakwah di masyarakat kelak.
Dakwah kampus memiliki kekhasan tersendiri dalam pergerakannya dan memiliki kesempatan untuk berkontribusi lebih terhadap masa depan suatu bangsa, karena mahasiswa merupakan cadangan masa depan. Ketika dakwah kampus bisa memasok alumni yang berafiliasi terhadap Islam, maka perbaikan umat di masa datang menjadi sebuah keniscayaan.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) pada suatu kampus menjadi sebuah kebutuhan. Dia berfungsi sebagai garda terdepan dalam syi’ar Islam di Kampus. Dia mempunyai fungsi utama dalam hal dakwiy (syi’ar dan kaderisasi) dan khidamy (pelayanan). Dua fungsi utama ini menjadi target awal bagi sebuah LDK dalam menjalankan amanahnya. Seiring berjalannya waktu, ternyata LDK dirasa perlu melakukan sebuah ekspansi terhadap agenda dakwahnya ke arah siyasi (social dan politik), faniy (keprofesian) dan ilmiy (keilmuan). Adanya ekspansi dakwah ini bertujuan agar dakwah yang dilakukan bisa merangkul semua masyarakat dan melingkupi semua aspek kehidupan.
Dalam konteks perubahan, pergerakan mahasiswa dan kampus tidak bisa terlepas dari pergerakan di kalangan ulama, intelektual, pers, pengusaha maupun militer. Puzzle-puzzle pergerakan ini harus tersusun menjadi sebuah bangunan pergerakan yang kuat dan produktif.  Masing-masing komponen memberikan kontribusi terbaiknya untuk perubahan.
2.  Kondisi Dakwah Kampus Saat ini
Kelangsungan hidup dakwah kampus dipengaruhi oleh beberapa factor yang dapat dibagi ke dalam 2 faktor utama. Yaitu factor internal dan factor eksternal dari dakwah kampus.
a.    Factor internal
Sudah merupakan suatu hal yang klasik, jika internal selalu menjadi masalah utama dalam setiap sistem yang terbentuk. dalam hal ini, yang menjadi factor internal yang berpengaruh adalah para penggerak dakwah itu sendiri yang lebih dikenal dengan sebutan aktivis dakwah kampus. Kondisi dakwah kampus dapat menjadi refleksi dari kondisi masing-masing individu aktivis dakwah kampusnya.
Masalahnya bukan hanya pada kesiapan fisik dan fikroh dari para penggerak dakwah (disini, saya lebih suka menyebut aktivis dakwah kampus sebagai penggerak dakwah) saja. Jauh lebih penting dari itu semua adalah factor ruhiyah dan kedekatan pada Sang pemilik jiwa. Fisik dan fikroh belumlah cukup untuk mendongkrak dan menghilangkan segala aral melintang yang mencoba menghalangi gerak dakwah. Jika hanya mengandalkan energy fisik dan fikroh saja, maka pasukan Rosululloh di perang Badar akan sangat mudah dikalahkan.
Persiapan ruhiyah  adalah persiapan yang harus dilakukan oleh para kader dakwah. Karena inilah yang menjadi energy utama untuk bisa bertahan dalam perjuangan sehingga mampu  melewati cobaan-cobaan yang mendera. Seperti perjuangan kaum muslimin yang mampu mengalahkan tentara Quraisy yang dari segi jumlah, sungguh tak sebanding. Pertolongan Alloh datang, dan karena mereka adalah pasukan yang  mampu meminang nashrulloh ketika telah dapat menunjukan totalitas perjuangan di jalan Alloh.
Memang penguatan energi ruhiyah adalah aktifitas yang lebih menyentuh individu kader dakwah. Namun tentu akan mejadi kekuatan dahsyat jika regulasi sistem organisasi mencoba mangakomodasinya amalan yang sifatnya individu. Jika suatu organisasi mencoba menjadikan suatu aktivitas menjadi budaya, maka bukan tidak mungkin individu yang ada didalamnya pun akan tersuasanakan. Untuk itu perlu menjadikan ibadah-ibadah sunnah sebagai salah satu pemikat pertolongan Allah.

b.    Factor eksternal
Factor ini datang dari luar system dakwah kampus, mempengaruhi apa yang ada, bahkan hingga pada kondisi para penggeraknya. Seperti transisi bangsa ini yang  telah memberikan pengaruh terhadap dinamika dakwah kampus. Tuntutan akademis, meningkatnya biaya pendidikan, karakter mahasiswa yang semakin hedonis, munculnya berbagai harokah da’wah dan semakin menurunnya energi pergerakan mahasiswa turut memberikan warna tersendiri dalam denyut nadi da’wah kampus. Perubahan itu ternyata mengalir keberbagai kampus dibelahan bumi nusantara. Oleh karena itu dakwah kampus harus mampu menjawab tuntutan zaman yang terus berubah. Perubahan itu mengharuskan dakwah kampus segera berbenah dan bermetamorfosa agar tak tergilas oleh roda zaman itu sendiri.
Dakwah kampus yang sedang mengalami transisi zaman tidak membutuhkan perubahan yang sifatnya parsial, tetapi ia membutuhkan perubahan yang besar dan berkelanjutan disemua sayap da’wahnya. Oleh karena itu, transisi dakwah kampus akan sulit dilewati ketika para pelakunya tidak memiliki akal-akal besar dan paradigma baru dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada.

2. Solusi pemasalahan dakwah kampus  
Dari factor – factor tersebut, maka titik tekan permasalahan ini adalah pada para penggerak dakwah. Saat ini, dapat diamati bahwa ruh dakwah seperti menipis. Tergilas oleh kepentingan-kepentingan pribadi yang lebih bersifat egoisme. Mungkin hal ini pun adalah akibat dari iklim kampus yang semakin menjauhkan mahasiswa dari gerakannya.
Maka yang utama adalah bagaimana dakwah kampus dapat memfasilitasi penggeraknya untuk dapat tetap pada ghirohnya dalam berjuang. Beradaptasi dengan kondisi luar memang bagus, bahkan hal ini dilakukan untuk dapat merekrut sasaran dakwah agar tertarik, yang secara sadar mau mengikuti. Namun, perlu diingat adaptasi jangan sampai menghilangkan karakteristik dakwah kampus hingga akhirnya justru  dakwah kampuslah yang  terwarnai, bukan mewarnai.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar