Kamis, 31 Oktober 2013

Fafirru Ilallah



Berapa kali sudah.. bahkan mungkin sampai tak terhitung,
Bahwa Allah telah kirimkan peristiwa demi peristiwa di hadapan pandangmu,
Namun, berapa kali sudah.. bahkan mungkin sampai tak terhitung pula,
Kau acuh akannya,
Berapa kali sudah.. bahkan mungkin tak berbilang,
Allah bersihkan hati bernoktah ini,
Namun, berapa kali sudah.. bahkan mungkin tak berbilang,
Hati terlalu hanyut dalam mimpi, dan lantas kembali bernoktah lagi.
Berapa kali sudah..
Iya, berapa banyak sudah,
Tepatnya,
Seberapa hebat, kau kemudian bersegera terhadap Nya.
Seberapa hebat kau, saat berbelok lalu meluruskan langkah,
Merapikan tapak yang sempat tak beraturan,

Nyatanya, Tuhan selalu lebih bermurah hati ketimbang hati yang di cipta Nya,,

Fafirru ilallah..
Segeralah kembali kepada (menaati) Allah..

Sabtu, 12 Oktober 2013

Pramugari Ngapakisme


 Ahahaha ---> ngguyu sik lah :D
Dapet humor ini dari tetangga FB.
Sayang kalo tak di abadikan.
Sebagai orang yang besar di wilayah NGAPAK,, cukup bangga juga bisa ngomong ngapak. #orangapakorakepenak.
So,, monggo di pun waos mbak, mas,,
Tapi nyong ora duwe tissue kanggo ngelap iler nek misale nganti ngecess, saking kepingkel-pingkel’e. Ahaha..
^^V

*****
 Baru saja di launching pesawat baru "PURBALINGGA AIR LINES"
Sangat nasionalis fanatik kedaerahan.

Saat Pramugari , memberikan instruksi ke penumpang pesawat, beginilah jadinya :

"Sedulur-sedulur penumpang, dela mening motor mabur arep mabur...
Sedurunge, nyong karo pramugari liyane arep nidokna cara-cara ngadepi keadaan darurat...

Klambi plembungan ana nang slesepan ngisor korsi, dinggo nek motor mabur mandeg nang nduwur laut or buritan...
Carane jukut klambi sekang slesepan terus dinggo, tarik taline men klambine mlembung..dadi rika kabeh ora pada klelep nang laut.. Nek tarikane bodol, didamu sekuat2te sing cepet ben ora ketilem,

Pipa karet didamu aja dikempit ben lampune kedap kedip dadi bisa dideleng sekang kadohan...

Klambi kuwe aja dicolong atawa digawa balik, nek konangan, rika bisa ditempilingi ...

Montor mabur kiye ana enem lawange, loro nang ngarep, loro nang cewiwi, terus loro maning nang mburi...

Angger pesawat kurang hawa nggo ambekan, mengko metu dewek masker oksigen sekang loteng..

Nek masker mecotot, gagian dinggo, ambekan kaya biasane bae, aja ngos-ngosan, marakna liyane pada wedi lan liane ora keduman, bocah cilik kerian bae..

Semono bae pengumumane seka nyong, anger arep maca majalah apa koran, kuwe ana nang slesepan kursi ngarepe rika kabeh...

Nek arep muntah, nganggo plastik nang ngisor jok,, aja janji muntah koprat kapret jijiih,, inyong sing repot nggole ngresiki,ngerti..

Nek arep nguyuh, kakuse nang mburi. Aja nguyuh karo udud nek konangan tak dupaki sisan..

Aja nguyuh nang kakus ngarep, kae kakuse wong sugih...

Wis lah, cangkeme kesel, moga-moga slamet waras bisa mudun maning.
Kaya kuwe baen ya?. suwun...".

Ana maning sing hp an aja nang motor mabur, mengko supire ngamuk, pada error tombole.

Oh iya, ngapura ya sing nggawa dage nek ora mendoan tulung njaluk lah aku kencot pisan awit mau esuk urung sarap."

Jumat, 11 Oktober 2013

Pekerja Dakwah



Lelahnya para pekerja dakwah adalah nikmat yang luar biasa.
Jatuh bangunnya mereka adalah perniagaannya dengan Allah.
Betapa mereka yakin dengan janji Nya,
Bahwa perjumpaan dengan Allah adalah impian terbesarnya.
Maka, mereka sangat tahu dan faham, inilah harga yang harus mereka bayar demi untuk berjumpa dengan Rabb nya kelak.
Tempat peristirahatannya adalah surga,
Bahwa tak ada kata berhenti sebelum kaki mereka menginjakkan jannah Nya.

Sungguh, kita telah dipersaksikan Allah tentang orang-orang yang begitu cintanya pada Akhirat. Rosulullah, para anbiya,  para sahabat rosul, dan pada akhirnya, hingga saat ini, kita mampu melihat dengan mata kepala bagaimana manusia-manusia model seperti ini.
Manusia-manusia yang memiliki impian besar seperti ini.

Melihat kondisi mujahidin di palestina, suriah, mesir, rohingya, dan mujahid-mujahid Allah lainnya di muka bumi ini. Aah,, rasanya sungguh tak seberapa amal yang sudah diperbuat. Rasanya tak seberapa lelah yang dirasa jika di bandingkan dengan kelelahan yang mereka dapatkan. Dan nyatanya memang tak ada apa-apanya.

Terkadang, kita sudah banyak mengeluh tentang beban dakwah yang di pikul, padahal ternyata saudara kita bahkan jauh lebih berat bebannya. Tapi hanya sunggingan senyum yang dia keluarkan, agaknya dia ingin menjelaskan, bahwa dia masih mampu.

Aiihh,, malu rasanya,, benarkah kita aktivis dakwah? Benarkah kita termasuk ke dalam golongan pekerja dakwah? Atau hanya sekedar menjadi aktivis manja. Yang belum apa-apa sudah menggerutu, yang sebenarnya belum melakukan apapun tapi sudah merasa besar sekali jasanya. Ya Rabb, faghfirlii..

Rabu, 09 Oktober 2013

Mengokohkan Peran Sang Saka Guru Peradaban


Ini essai yang gagal muat.. haha..
di buang sayang.
tapi semoga sedikit punya manfaat.
 *** 
Potret Masyarakat Kita
Keluarga adalah puzzle terkecil dalam bangunan masyarakat. Maka, keluarga menjadi perhatian penting dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Terbukti, betapa banyak program yang telah dilaksanakan dan dana pemerintah yang terkucurkan untuk menciptakan ketahanan bangsa melalui ketahanan keluarga. Bisa kita tengok, bagaimana Badan Kesejahteraan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa melalui prorgam-program ketahanan keluarga yang digalakkan seperti bina keluarga lansia, bina keluarga remaja, dan bina keluarga balita.
Di sisi lain, kita tengah di pertontonkan tentang carut marutnya kondisi bangsa melalui tontonan-tontonan yang tidak mendidik, kriminalitas justru menjadi menu sehari-hari berita yang disajikan, dan tentang kenakalan remaja yang hingga kini selalu menghantui masyarakat. Sedikit sekali, kemudian kita jumpai berita membanggakan yang di raih oleh anak negeri. Kalaupun ada, entahlah, menarik atau tidak untuk diliput.
Segala kondisi yang tercipta saat ini, di negeri kita, tentang kisah perebutan kekuasaan, tentang korupsi yang tak kunjung usai diberantas, tentang penyakit sosial dan segala kejahatan yang merajalela. Ini adalah wujud dari peran perempuan yang telah di hancurkan. Maka, keparahan yang mendasar adalah ketika integritas perempuan hancur dan menyebabkan hancurnya pula sendi sosial kemasyarakatan.

Perempuan dulu, kini dan nanti
Perempuan, baik dulu ataupun saat ini, selalu menjadi sosok yang istimewa untuk diperbincangkan. Dahulu, ketika jahiliah menjadi gaya hidup manusia, perempuan menjadi topik yang istimewa untuk segera dieksekusi baik di kubur hidup-hidup, di lecehkan, dan atau di rendahkan dengan perlakuan yang tak manusiawi. Begitu juga kini, perempuan tetap istimewa untuk di perbincangkan baik dengan konsep kesetaraan gender yang menurut aktivisnya adalah guna mengangkat harkat dan martabat perempuan di dunia ini, ataupun konsep-konsep perlindungan perempuan korban kekerasan. Maka, tidak mengherankan, bahwa memecahkan persoalan tentang kaum hawa, perlu mekanisme dan cara-cara tersendiri dan khusus. Begitulah, hawa selalu menarik dan istimewa, hingga masa pun tak pernah bisa kehabisan topik untuk membahasnya. Dulu, kini, juga nanti.

Hawa, saka Guru Peradaban
Ibu adalah komponen terpenting dalam ketahanan keluarga. Dikatakan terpenting, karena posisi ibu adalah ujung tombak pembinaan dalam sebuah keluarga. Maka amal kebaikan menurut Al Qur’aan dan sunnah yang ada pada diri ibu, adalah modal besar untuk membangun kebahagiaan dan ketahanan keluarga. Ibu, akan menjadi madrasah pertama bagi putra-putrinya, lalu membentuk mereka menjadi bagian dari keshalihan masyarakat. Maka menjadi ibu, berarti sepaket dengan kefahaman akan proses mengkader untuk menciptakan generasi shalih berikutnya yang akan memikul tanggungjawab-tanggungjawab kemanusiaan.
Hal tersebut di atas, membuktikan bahwa perempuan diletakkan pada posisi yang begitu mulia oleh islam. Allah justru mengamanahkan kaum hawa untuk melahirkan manusia-manusia terbaik. Oleh sebab itu,

Perempuan memiliki kesempatan besar sebagai pengkader generasi, melalui tangannya dapat melahirkan manusia-manusia terbaik. Tidak diragukan lagi bahwa Islam menempatkan para kaum hawa ini pada posisi yang sangat mulia. Kemulian perempuan terletak pada perilakunya dan sekaligus cerminan kemajuan suatu bangsa.
Sebagai anggota masyarakat, umumnya perempuan berada di dalam pusaran perang budaya. Mereka dipandang sebagai pengemban dan pengelola tradisi suatu bangsa serta nilai-nilai keluarga. Perempuan dalam entitas keluarga merupakan benteng terakhir yang sangat vital dalam upaya melawan hantaman dan dominasi budaya merusak.

Di Belakang, So What??
Perempuan muslim memiliki peranan penting dalam upaya mempertahankan identitas Islam dalam keluarga dan juga masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang sehat bisa dicapai jika perempuannya sadar dimana posisi yang tepat bagi mereka. Posisi utama perempuan adalah sebagai pendidik generasi muda. Ibu yang cerdas dan beriman, mengetahui akan tugas mulia yang diembannya guna melahirkan generasi-generasi tangguh yang siap merubah realitas buruk menjadi baik. Bukan sebaliknya, terseret dalam realitas buruk yang menyedihkan.
Kemudian Islam memerintahkan kaum perempuan untuk melakukan aktivitas yang luar biasa dalam menjaga masyarakat, yakni sebagai ibu rumah tangga (ummun wa rabbatul bayt). Mendidik putra-putri mereka dan menguatkan suami mereka dalam mengemban Islam. Peran ini akan menjaga bangunan institusi keluarga dengan kokoh sebagai unit kecil dari bangunan masyarakat secara keseluruhan. Keluarga adalah sel-sel dari bangunan besarnya. Jika sel-sel ini sehat maka sehat pula masyarakatnya.
Opini negatif terhadap perempuan sebagai manusia kelas dua, bukanlah muncul dengan sendirinya. Ada upaya ‘penghancuran’ yang sengaja dilakukan oleh musuh-musuh Islam.  Bahkan terkadang berasal dari kalangan kaum muslim sendiri, baik secara sadar atau tidak. Telah menjadi juru bicara dalam menyampaikan ide merusak tersebut. Senjata utama penghancuran ini adalah malalui aspek pemikiran. Ide ini danggap cukup mampu untuk meracuni generasi muslim untuk menjauh dari agamanya.
  
Keberhasilan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh perempuan. Perempuan mempunyai andil besar dalam membentuk sebuah keluarga yang bermartabat. Lebih dari itu, perempuan juga mempunyai andil besar dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat dan kelompok. Salah satu buktinya, bahwa perempuan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya dengan melakukan kegiatan usaha produktif rumah tangga.

*Mila Rizki Solihatunnisa
MQ, 16 April 2013

Edisi Kangen Berat (selesai)

Mumpung memori saya sedang hangat. Tidak ingin kehilangan semangat untuk menuliskan ini --> "Edisi Kangen Berat". hehe..  (kayaknya sih Gak Jelas,, tapi lha wong pingin owg n_n)
dan mumpung efek Coffeemix malam ini belum hilang, maka saya jabanin buat melanjutkan yang sempat tertunda. Hhiiii..

Ah ya,, terakhir menulis tadi, saya bilang bahwa Bapak saya ganteng kan? :D
Sepertinya Bapak sukses besar membuat cucu nya ini terpesona. Perjuangan dakwahnya yang selalu terngiang dalam benak saya. Sampai-sampai saya punya impian seperti beliau. Menghimpun amal dan menebarkannya. Aiisshh.. beraaaatt. Tapi beginilah jalan Nya, tak bertabur bunga, rawan terpelanting dan terpeleset.
Kalau kata Ust. Anis Matta, dakwah adalah seperti kau tengah menyirami kebun bunga. Lakukanlah dengan Cinta. Maka semerbak wanginya kelak kan kau temui juga.

~~mentokk -_-''

pada akhirnya, saya punya kenangan yang tertinggal disana.
punya semangat yang belum saya himpun sempurna darinya,
dan saya rindu sangat mencium aroma kampung, mencium aroma dingin yang tak saya temui disini.
saya rindu dengan gemercik air turunan Galunggung,
dinginnya yang menusuk,
kunang-kunang,,
dan..
saya rindu mereka.
Allohummaghfirlahum..

Negara yang tidak jujur dalam hutang

Saya reblogg dengan sempurna dari karyanya pak Prie GS

***
Pintar itu penting, tapi jujur itu mendesak. Krisis Yunani misalnya, ditandai oleh hal yang mengejutkan: negeri itu ternyata tidak jujur dalam utang. Jumlah yang sebenarnya ternyata lebih besar dari yang diakui. Teknik negara menyembunyikan utang ternyata ada. Utang terbesar negara bukan kepada negara tetangga tapi kepada rakyat negara itu sendiri.

Banyak negara besar ternyata diancam kebangkrutan karena ketidakjujurannya. Negara semacam itu penuh utang bukan karena miskin tapi karena ada yang sangat boros. Untuk mengisi satu perut di negara kaya bisa setara 20 perut di negara miskin. Apakah karena perut mereka terlalu besar? Tidak, kaya miskin sama bentuk perutnya, yang berbeda adalah keinginan. Keinginan itulah induk keborosan. Tidak ada satupun jenis kekayaan yang bisa melayani keborosan, apalagi jika dasarnya tidak benar-benar kaya, tapi boros! Maka keborosan itu bisa dilayani dengan satu cara: bohong.

Tapi kebohongan terbesar negara bukan soal besaran utang. Utang uang hanya teknikal, yang lebih bahaya adalah utang fundamental, utang yang skalanya tidak bisa dirampungkan hanya dengan uang. Utang informasi misalnya. Kedudukan informasi dalam hidup seseorang ternyata amat fundamental. Anda boleh diguyur berbagai fasiltas, tapi ketika ada satu informasi yang disembunyikan untuk Anda, maka Anda akan merasa tidak dihargai. Ini bisa berbahaya. Ia akan terus mencari teman, membuat kelompok, dan butuh jalan keluar kalau perlu dengan menumbangkan pemerintah.

Itulah sebabnya negara yang surplus secara ekonomi tapi minus informasi tidak banyak arti. Rakyat tidak cukup diberi makan, tapi juga perlu diberi informasi. Kedudukan roti tidak lebih tinggi dari kebutuhan atas informasi. Tidak mengapa lapar roti, sepanjang tidak lapar informasi. Lapar ditengah kejujuran lebih menguatkan ketimbang kenyang hasil kebohongan. Libia dan Kuba adalah conto h teraktual dari ilustrasi ini. Setelah utang informasi, ada utang lain yaitu utang keadilan. Kerugian atas uang tidak sedramatik rugi keadilan. Rugi uang mudah dilupakan, tapi rugi keadilan akan berbuntut panjang. Orang yang mengikrarkan “saya dizalimi” adalah pihak yang sudah merasa di puncak penderitaan dan siap mengibarkan bendera perang.

Bagaimana dengan Indonesia? Rasanya, lengkap utang kita, mulai dari soal uang, informasi, dan keadilan. Itu kabar buruknya. Kabar baiknya, dibanding negara pintar dan kaya, skala bahaya kita tidak sebesar rmereka. Ternyata makin pintar makin bahaya jika kejujuran tidak ada. Walau yang terakhir dari semua itu pasti sudah tidak pintar, juga tidak jujur. Semoga yang terakhir itu bukan kita.

Selasa, 08 Oktober 2013

Edisi Kangen Berat (part 1)

Lagi Kangen Berat sama tanah kelahiran. Bayang pun, lama nian saya tidak berkunjung ke sana. Semenjak Bapak sama Emak gak ada,, semenjak A'i sama Emak gak ada. terakhir saya bersuka cita kesana sekitar akhir tahun 2007. Waaaaauuuww.. sukses besar,, 6 tahun tak mencium bau tanah kelahiran. Rasanyaaaa.. Superr duperr Kuangeeenn beraaatt.. >.<
Oh ya, saya belum cerita ya, tanah lahir saya dimana.. hehe,, yang jelas di bumi Allah (ya iyyalah -_-).
Saya lahir di sebuah desa, ehmmm.. lebih tepatnya perkampungan kecil di area Gunung Galunggung. Tau Gunung Galunggung?? semoga cukup terkenal ya. haha..
nama kampungnya Mageung, desa Leuisari, sirnasari, singaparna, kabupaten Tasikmalaya ---> hayyahh.. panjang kan? ^^
ini rumah dimana saya lahir..
ini rumah Bapak :'( yang sekarang mungkin sudah rata dengan tanah..
tapi insyaAllah, pahalanya akan mengalir terus untuk Bapak Aki. Amal Jariyyah insyaAllah.

 ini ruang tengah tempat kita semua kumpul,, 4 keluarga. tempat ngariung, makan,, kalau semua anak-anak Bapak pulang, pasti temen-temen Bapak ngariung kesini. Mang Atang, Mang Embpud, Bi Otih, Ceu Diyah, dan Mang Mang yang lainnya yang saya gak hafal satu-satu namanya, yang jelas beliau-beliau adalah teman seperjuangannya Bapak. Yang sama-sama dari Nol membangun Dakwah Muhammadiyah di kampung Mageung. Yang sama2 dulu pernah di pukuli, di kira aliran sesat lah.. Whaa.. saya sangat kagum dengan Bapak Aki. Dakwahnya gak pernah Mati bahkan sampai melampaui Usianya kini. Beliau2 lah yang sekarang melanjutkan perjuangan Bapak. Bikin TPQ, bikin PAUD, dan pemugaran mushola yang dulu Bapak jadi pionernya. 
kenalkan.. ini Bapak saya. Ganteng kan?? saya aja ngefans sama beliau.. >.<
dan yang ngebuat catatan kecil ini, Uwa saya.. ini kenangan terakhir yang ada di rumah itu.. huwaaa.. T.T


#to be continue..

Senin, 07 Oktober 2013

Perang Dengan Diri Sendiri


“mujahadah itu berarti memilih yang menyelisihi nafsu.
yakni, mengambil yang menurut kita berat, tapi masih mungkin dilakukan.”

Bener ya, setiap manusia punya cara tersendiri untuk bersungguh-sungguh melawan hawa nafsunya ~bermujahadah. Lha iya, karena masing-masing punya tingkat kemampuan dan ujiannya sendiri. Sebab dalam hal ini, kita tengah berkompetisi dengan diri kita sendiri, bukan dengan yang lain.
bisa jadi (bisa jadi), dan bisa saja terjadi pada kita saat ini (termasuk bagi penulisnya). Bagi Fulan sangat berat untuk mengerjakan Qiyamul Lail, tapi ternyata bagi Fulanah, dia tak merasa keberatan dalam menjalaninya. Justru fulanah merasa berat untuk istiqomah tilawah 1 jus perhari. Berbeda dengan Fulanine, baginya yang paling berat adalah tidak tidur setelah subuh. Naah, kan.. menjadi jelas disini, bahwa setiap orang memiliki kadar kemampuan yang berbeda dalam menjalani 1 amalan kebaikan. Dan karena setiap orang punya bagian ibadah yang dirasa begitu sulit untuk dilakukan.
Tentu, kita tak bisa menjudge seseorang hanya berdasar kacamata kita saja. Bisa saja, dia memiliki amalan-amalan tersembunyi yang jauh lebih baik dari pada kita yang membicarakannya.
Maka, bermujahadah disini adalah saat kita memiliki azzam dan tekad yang bulat untuk menjalani amalan yang terasa berat bagi diri kita. Saat fulanah berusaha keras untuk mencapai targetnya tilawah 1 jus perhari, maka itulah mujahadahnya. Atau ketika fulanine dengan semangat 45 beraktivitas pagi dan mata yang di paksakan untuk melek, tilawah, dzikir, dll hanya untuk menghilangkan kebiasaannya tidur setelah subuh, maka inilah mujahadahnya.

Kamis, 03 Oktober 2013

Dakwah Bukan...


"Dakwah bukan hanya sekadar membangun sebuah rumah kardus yang rapuh. Bukan pula sebuah pekerjaan sambilan yang bisa dikerjakan dan dikelola saat waktu senggang. Dakwah adalah proyek terbesar dalam membangun sebuah peradaban. Akan tetapi, proyek ini tidak akan pernah bisa tegak tanpa adanya kekuatan gerak dakwah pada amal jama'i dan koordinasi yang solid."

 ~ anonim