Senin, 07 Oktober 2013

Perang Dengan Diri Sendiri


“mujahadah itu berarti memilih yang menyelisihi nafsu.
yakni, mengambil yang menurut kita berat, tapi masih mungkin dilakukan.”

Bener ya, setiap manusia punya cara tersendiri untuk bersungguh-sungguh melawan hawa nafsunya ~bermujahadah. Lha iya, karena masing-masing punya tingkat kemampuan dan ujiannya sendiri. Sebab dalam hal ini, kita tengah berkompetisi dengan diri kita sendiri, bukan dengan yang lain.
bisa jadi (bisa jadi), dan bisa saja terjadi pada kita saat ini (termasuk bagi penulisnya). Bagi Fulan sangat berat untuk mengerjakan Qiyamul Lail, tapi ternyata bagi Fulanah, dia tak merasa keberatan dalam menjalaninya. Justru fulanah merasa berat untuk istiqomah tilawah 1 jus perhari. Berbeda dengan Fulanine, baginya yang paling berat adalah tidak tidur setelah subuh. Naah, kan.. menjadi jelas disini, bahwa setiap orang memiliki kadar kemampuan yang berbeda dalam menjalani 1 amalan kebaikan. Dan karena setiap orang punya bagian ibadah yang dirasa begitu sulit untuk dilakukan.
Tentu, kita tak bisa menjudge seseorang hanya berdasar kacamata kita saja. Bisa saja, dia memiliki amalan-amalan tersembunyi yang jauh lebih baik dari pada kita yang membicarakannya.
Maka, bermujahadah disini adalah saat kita memiliki azzam dan tekad yang bulat untuk menjalani amalan yang terasa berat bagi diri kita. Saat fulanah berusaha keras untuk mencapai targetnya tilawah 1 jus perhari, maka itulah mujahadahnya. Atau ketika fulanine dengan semangat 45 beraktivitas pagi dan mata yang di paksakan untuk melek, tilawah, dzikir, dll hanya untuk menghilangkan kebiasaannya tidur setelah subuh, maka inilah mujahadahnya.

Jika di renung-renung,
Bahwa Allah menguji kita justru di titik terlemah yang ada pada diri. Allah beri ujian agar kita mampu berjihad melawan hawa nafsu.
Agar, kita tak merasa hebat dan merasa sudah berbuat banyak dengan amalan-amalan kita. Karena ternyata, disitulah kita mudah untuk melakukannya.

“bersedekah dalam kondisi lapang, adalah kebaikan. Tapi bisa lapang bersedekah dalam kondisi paling sempit adalah kebaikan yang luar biasa. Begitulah, selalu ada kebaikan di atas kebaikan. Agar kita tak segera sombong, agar kita tak segera merasa cukup dengan apa yang sudah kita perbuat.”

2 komentar:

  1. Tulisan yang sangat bagus, bisa menjadikan sebuah gambaran untuk menjadi yang terbaik...

    BalasHapus
  2. jazakallah Bily :)
    peruntukkannya adalah untuk refleksi diri sendiri

    BalasHapus