Rabu, 09 Oktober 2013

Mengokohkan Peran Sang Saka Guru Peradaban


Ini essai yang gagal muat.. haha..
di buang sayang.
tapi semoga sedikit punya manfaat.
 *** 
Potret Masyarakat Kita
Keluarga adalah puzzle terkecil dalam bangunan masyarakat. Maka, keluarga menjadi perhatian penting dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Terbukti, betapa banyak program yang telah dilaksanakan dan dana pemerintah yang terkucurkan untuk menciptakan ketahanan bangsa melalui ketahanan keluarga. Bisa kita tengok, bagaimana Badan Kesejahteraan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa melalui prorgam-program ketahanan keluarga yang digalakkan seperti bina keluarga lansia, bina keluarga remaja, dan bina keluarga balita.
Di sisi lain, kita tengah di pertontonkan tentang carut marutnya kondisi bangsa melalui tontonan-tontonan yang tidak mendidik, kriminalitas justru menjadi menu sehari-hari berita yang disajikan, dan tentang kenakalan remaja yang hingga kini selalu menghantui masyarakat. Sedikit sekali, kemudian kita jumpai berita membanggakan yang di raih oleh anak negeri. Kalaupun ada, entahlah, menarik atau tidak untuk diliput.
Segala kondisi yang tercipta saat ini, di negeri kita, tentang kisah perebutan kekuasaan, tentang korupsi yang tak kunjung usai diberantas, tentang penyakit sosial dan segala kejahatan yang merajalela. Ini adalah wujud dari peran perempuan yang telah di hancurkan. Maka, keparahan yang mendasar adalah ketika integritas perempuan hancur dan menyebabkan hancurnya pula sendi sosial kemasyarakatan.

Perempuan dulu, kini dan nanti
Perempuan, baik dulu ataupun saat ini, selalu menjadi sosok yang istimewa untuk diperbincangkan. Dahulu, ketika jahiliah menjadi gaya hidup manusia, perempuan menjadi topik yang istimewa untuk segera dieksekusi baik di kubur hidup-hidup, di lecehkan, dan atau di rendahkan dengan perlakuan yang tak manusiawi. Begitu juga kini, perempuan tetap istimewa untuk di perbincangkan baik dengan konsep kesetaraan gender yang menurut aktivisnya adalah guna mengangkat harkat dan martabat perempuan di dunia ini, ataupun konsep-konsep perlindungan perempuan korban kekerasan. Maka, tidak mengherankan, bahwa memecahkan persoalan tentang kaum hawa, perlu mekanisme dan cara-cara tersendiri dan khusus. Begitulah, hawa selalu menarik dan istimewa, hingga masa pun tak pernah bisa kehabisan topik untuk membahasnya. Dulu, kini, juga nanti.

Hawa, saka Guru Peradaban
Ibu adalah komponen terpenting dalam ketahanan keluarga. Dikatakan terpenting, karena posisi ibu adalah ujung tombak pembinaan dalam sebuah keluarga. Maka amal kebaikan menurut Al Qur’aan dan sunnah yang ada pada diri ibu, adalah modal besar untuk membangun kebahagiaan dan ketahanan keluarga. Ibu, akan menjadi madrasah pertama bagi putra-putrinya, lalu membentuk mereka menjadi bagian dari keshalihan masyarakat. Maka menjadi ibu, berarti sepaket dengan kefahaman akan proses mengkader untuk menciptakan generasi shalih berikutnya yang akan memikul tanggungjawab-tanggungjawab kemanusiaan.
Hal tersebut di atas, membuktikan bahwa perempuan diletakkan pada posisi yang begitu mulia oleh islam. Allah justru mengamanahkan kaum hawa untuk melahirkan manusia-manusia terbaik. Oleh sebab itu,

Perempuan memiliki kesempatan besar sebagai pengkader generasi, melalui tangannya dapat melahirkan manusia-manusia terbaik. Tidak diragukan lagi bahwa Islam menempatkan para kaum hawa ini pada posisi yang sangat mulia. Kemulian perempuan terletak pada perilakunya dan sekaligus cerminan kemajuan suatu bangsa.
Sebagai anggota masyarakat, umumnya perempuan berada di dalam pusaran perang budaya. Mereka dipandang sebagai pengemban dan pengelola tradisi suatu bangsa serta nilai-nilai keluarga. Perempuan dalam entitas keluarga merupakan benteng terakhir yang sangat vital dalam upaya melawan hantaman dan dominasi budaya merusak.

Di Belakang, So What??
Perempuan muslim memiliki peranan penting dalam upaya mempertahankan identitas Islam dalam keluarga dan juga masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang sehat bisa dicapai jika perempuannya sadar dimana posisi yang tepat bagi mereka. Posisi utama perempuan adalah sebagai pendidik generasi muda. Ibu yang cerdas dan beriman, mengetahui akan tugas mulia yang diembannya guna melahirkan generasi-generasi tangguh yang siap merubah realitas buruk menjadi baik. Bukan sebaliknya, terseret dalam realitas buruk yang menyedihkan.
Kemudian Islam memerintahkan kaum perempuan untuk melakukan aktivitas yang luar biasa dalam menjaga masyarakat, yakni sebagai ibu rumah tangga (ummun wa rabbatul bayt). Mendidik putra-putri mereka dan menguatkan suami mereka dalam mengemban Islam. Peran ini akan menjaga bangunan institusi keluarga dengan kokoh sebagai unit kecil dari bangunan masyarakat secara keseluruhan. Keluarga adalah sel-sel dari bangunan besarnya. Jika sel-sel ini sehat maka sehat pula masyarakatnya.
Opini negatif terhadap perempuan sebagai manusia kelas dua, bukanlah muncul dengan sendirinya. Ada upaya ‘penghancuran’ yang sengaja dilakukan oleh musuh-musuh Islam.  Bahkan terkadang berasal dari kalangan kaum muslim sendiri, baik secara sadar atau tidak. Telah menjadi juru bicara dalam menyampaikan ide merusak tersebut. Senjata utama penghancuran ini adalah malalui aspek pemikiran. Ide ini danggap cukup mampu untuk meracuni generasi muslim untuk menjauh dari agamanya.
  
Keberhasilan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh perempuan. Perempuan mempunyai andil besar dalam membentuk sebuah keluarga yang bermartabat. Lebih dari itu, perempuan juga mempunyai andil besar dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat dan kelompok. Salah satu buktinya, bahwa perempuan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya dengan melakukan kegiatan usaha produktif rumah tangga.

*Mila Rizki Solihatunnisa
MQ, 16 April 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar