Jumat, 23 Mei 2014

Je T'aime, Baba..



Saya tidak pernah tahu. Apa yang ayah saya rasakan saat pertama kali melihat saya lahir kedunia? Sebahagia apa? Melebihi kebahagiaan Julius Caesar saat di terima cintanya oleh Cleoparta-kah? Ah.. saya pikir lebih dari itu. J

Lalu, bagaimana perasaan ayah saat menggendongku untuk pertama kalinya? Bagaimana perasaan beliau saat untuk pertama kali dalam kehidupnya, ada sesosok anak kecil yang memanggilnya “ayah”, lalu memintanya menggendong, membuatnya bersusah payah untuk menghentikan tangisan, bertanya ini itu tak karuan, kemudian waktu terasa begitu cepat berlalu. 24 tahun. Lama. Cepet. Lama tauu.. cepet ah. Emm.. relatif sih..

Dan ini pula yang membuat saya galau. Apakah ayah merasakan waktu cepat berlalu? Putra putri kecilnya sudah bertumbuh menjadi sosok yang lebih sering membantah daripada menurut, mengajak berdebat, dan apakah pernah pula membuatnya menangis. Oh pliiss.. semoga tidak. (Peluk ayah).

Banyak kisah, dimana cinta nya ayah itu unik, berbeda dengan ibu yang ekspresif. Ayah lebih sering menyembunyikan air mata di kantongnya, ayah juga jarang sekali mengatakan cinta, tapi kalian harus tau, ayah itu punya cinta yang luas. Tapi tidak dalam bentuk kalimat. Cintanya ayah akan seketika ter-ejawantahkan dalam bentuk sikap, perhatian, dan pelukan. Mungkin juga jarang berkata “rindu / kangen”, tapi jauh dari kata itu, ayah selalu menyelipkan nama anaknya dalam setiap baris do’a di tepi malam.

Ah, seperti lelaki saja kau Mil. Sok tau.

Aptuyu deh. :-p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar