Jumat, 15 Agustus 2014

Bekel

Untuk menjadi apa yang dinamakan besar, apa yang dikatakan orang sebagai hebat, maka konsekuensinya, kau harus mau menjadi bola bekel. Yang mampu terpelanting jauh, bahkan mungkin jauh dari harapan si empu saat menjatuhkannya. Yang mampu berlarian hebat dan berkejaran bersama sang empu untuk menaklukannya, membawanya kembali ke dalam kantong plastik mainannya.

Terkadang, atau mungkin memang seperti itulah hukum alamnya. Bahwa sejatinya kita membutuhkan tekanan, rival/lawan, masalah-masalah, dan stressor lainnya agar otak kita bekerja lebih ekstra. Agar kita mampu menemui pengalaman, lalu bertemu dengan hikmah dan selanjutnya (semoga) berubah menjadi bijak. Agar dari sini, identitas kita dapat teruji, siapa dan seperti apa saya.

Itu artinya, kita harus siap terjatuh dan dijatuhkan, siap di banting dan membantingkan diri. Siap berkawan dengan penat yang bertambah-tambah, yang semuanya membawa kita pada kondisi yang tidak nyaman. Tapi kemudian menjanjikan kehidupan cerah setelahnya.

Kita pasti telah banyak membaca atau menjadi saksi si “bola bekel” ini. Untuk menjadi keren, maka harus siap belepotan. Tidak ada cara yang instan untuk menjadi mutiara, sebab mutiara sendiri di hasilkan dari pasir dan air mata kerang yang terjadi bertahun-tahun.

Kau akan menjadi sebesar harapan dan usahamu.


#ngaca di depan cermin

1 komentar: