Kamis, 21 November 2013

Responsibility



Sebenarnya, apa arti dari tanggungjawab?
Mang KBBI terlihat berusaha keras menjawab pertanyaan saya *yang sejujurnya mungkin tidak penting-penting amat untuk dipikirkan* hehe..
Begini katanya :
tang·gung ja·wab n 1 keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb): 2 Huk fungsi menerima pembebanan, sbg akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain;

oke. Cukup membuat dahi mengkerut. Sebetulnya saya kurang setuju banget sama kalimat yang ada di dalam kurungan (?). Tapi saya tak mendapatkan alasan untuk menyanggahnya. -____-
well, tapi kalau di pikir-pikir ada betulnya juga. Haha..

Gini, biar saya jelaskan menurut kesanggupan saya dalam memahami. Menerima tanggung jawab, berarti secara tidak langsung (kita) tengah menyepakati “PAKETAN” dari yang namanya sebab akibat. Nah, kalau kata Mang KBBI di atas, menerima pembebanan. Beban apa? Saya juga gak paham maksud dari si mamang nya.. mari kita cari tahu Dora!! :D


Beban itu identik dengan berat. Dan berat itu identik dengan kepayahan memikul. Maka, mari kita ucapkan selamat bagi para pemikul tanggung jawab Dora.. SELAMAATT!! :D :D

Maka, memang sangat benar, tanggungjawab itu erat kaitannya dengan kewajiban untuk memikul. Terutama, konteksnya disini adalah memikul hasil dari apa yang di perbuatnya. Betul tidak?? *style Aa Gym*

Iya, camkan baik-baik. Hasilnya. Akibatnya. Dan sejujurnya, saya harus mengingatkan dengan sungguh-sungguh, Anda, anda, anda dan anda (terutama saya) *sembari nunjuk hidung*, kita hidup dengan penuh tanggungjawab. Pada siapa? Siapa lagi kalau bukan Maha Pemilik Kehidupan, Allah. Nah kalau sudah dengan kesadaran penuh, maka sebenarnya, tanggungjawab-tanggungjawab lain yang berhubungan dengan manusia, itu hanya epek samping dari tanggungjawab utama tadi.

Cuma nih, persoalannya, kadang manusia cukup terlena dengan amanah *pengalaman*, cukup terlena dengan imbalan keduniawian. Yang akhirnya lupa. Aah.. betapa kita memang makhluk lemah, makhluk yang harus terus di ingatkan berkali-kali, di gampar dan di sentil berkali-kali untuk sadar, dan kembali. Kembali.

Dan, saya jadi mikir, kalau orang yang sudah sadar akan tanggungjawabnya, mungkin hidupnya tidak akan penuh dengan kenyamanan dan kedamaian, otomatis dia akan gelisah, takut, kalau-kalau tidak amanah. Yang pastinya, kita akan lihat dampaknya, Amal dan kerjanya menjadi optimal dan maksimal. Tidak akan bisa cuek dengan apa yang telah menjadi lingkungan tanggungjawabnya.

Memang berat..
Yeaah.. hidup memang soal perjuangan bung,,
Kadang saya sering merasa gelisah akan hal ini.
Tapi kenapa saya masih (tetap) tidak maksimal memikul tanggungjawab??
*mari kita tampar bolak balik si markumi* biar sadar, sesadar sadarnya..
Faghfirlii ya Rabb..
Harus selalu terus berdo’a, meminta pundak dan kaki kuat dan menyadari betapa amanah kehidupan tidaklah sedikit. Minta untuk selalu di ingatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar