Rabu, 26 Desember 2012

Kisah Ibunya si "penemu Bola Lampu"


Membaca kisah ini, sungguh menginspirasi. ya, meski kita memang belum menjadi orang tua, tapi setidaknya kita bisa mengaplikasikannya saat ini. sebagai seorang kakak, saudara ataupun orang yang di tuakan di keluarga setelah orang tua. berlatih, begitu istilahnya. toh, dengan ini kita bisa ikut meringankan beban orang tua dalam mendidik adik tercinta. Berharap, smoga kita bisa ikut andil dalam pembentukan karakter terbaik mereka. amiin.. 

semoga bermanfaat...



--------- ^bacalah dahulu, Bismillah^ --------

“Ketika di sekolah kerapkali guru Thomas Alva Edison menganggap otaknya bebal sehingga tidak layak lagi meneruskan sekolah. Kemampuan otaknya tidak memungkinkan untuk mengikuti pelajaran di sekolah, dan karena itu ia sangat layak dipecat. Semua guru menolak Thomas Alva Edison di sekolah mereka, kecuali ibunya. Dengan penerimaan tulus ibunya, Thomas serasa mendapatkan kekayaan yang sangat berharga. Dan penerimaan itu pula yang melahirkan dorongan Thomas untuk menemukan kehebatannya. Ibu Thomas kerap mendorong dan memotivasi anaknya dengan tidak mengatakan,”Saya tahu, Thomas. Kemampuanmu memang buruk hari ini, tetapi suatu saat nanti kamu akan menjadi orang yang hebat.” 


Tidak. Tapi Dia percaya bahwa anaknya baik dan memiliki kompentensi luar biasa. Hanya saja dunia belum menemukannya.”
Dengan penerimaan dan kepercayaan serta doa ibunya, akhirnya Thomas Alva Edison menjadi orang yang dikenal dunia. Penerimaan dan kepercayaan ibunya yang melahirkan rasa percaya dirinya yang sangat besar, semangat yang luar biasa dan penerimaan diri yang bagus. Dari penerimaan yang tulus tersebut, membuat berkembangnya harga diri yang baik. Bahkan, mampu memiliki citra diri yang baik serta kemampuan mengendalikan emosi yang mantap.

***

Sejatinya, Kisah sikap Ibu Thomas Alva Edison dalam mendidiknya telah lebih dahulu diajarkan Rasulullah kepada umatnya. Rasulullah Saw. bersabda,”Sesungguhnya Allah merahmati orang tua yang membantu anaknya berbakti kepadanya”. Ketika itu, orang-orang di sekeliling Rasulullah bertanya, bagaimana cara orang tua membantu anak, ya Rasulllah? Nabi Muhammad Saw menjawab, “Dia menerima yang sedikit darinya, memaafkan yang menyulitkannya, tidak membebaninya dan tidak pula memakinya.”
Melalui sabda Rasulullah ini, para orang tua seharusnya dapat menerima apa adanya, yang terjadi pada anaknya. Karena amanah yang diberikan Allah selain untuk dijaga, juga untuk dididik menjadi anak yang soleh, kreatif dan mampu serta memiliki daya kreasi. Bukankah Rasulullah pernah bersabda, “man syabba ‘ala syai in syabaa ‘alaihi, barang siapa menempuh masa muda dalam satu keadaan, maka dia menempuh masa tuanya dalam keadaan itu juga.”


‘Ala kullihal, memahami, menerima dan memberi kepercayaan pada anak saat bermain serta tetap terus membimbingnya tanpa memaksakan kehendak orang tua, insya Allah akan menjadikan anak yang diamanahkan Allah sebagai generasi penerus yang kreatif dan siap bertarung untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar