Rabu, 26 Desember 2012

Sisi Lain Pahlawan


Aku begitu tertegun membaca kisah cinta salah seorang pahlawan.. mungkin nama ini sudah cukup terkenal, terutama jika yang sudah pernah baca atau minimal kenal dengan judul buku ini, “tafsir fii zilalil Qur’an”. Yuph, betul sekali,, Sayyid Quthb.



Kalau mendengar kata “pahlawan” atau “pejuang”, mungkin di benak kita akan membayangkan sosok yang tangguh dan hebat ada dibelakang para pahlawan tersebut. Atau yaaaa.. minimal ada rasa penasaran dikitlah,, “wah, siapa ya gerangan wanita yang beruntung jadi pendampingnya?”… ^^ hal inilah yang terkadang menampilkan sisi kehidupan pribadi bagi seorang pahlawan. Namun, kalau ternyata kehidupan pribadinya tidak begitu bersahabat,, siapakah gerangan yang mampu menjadi energy hebat dalam menampilkan kepahlawanannya? Inilah yang menjadi suatu keajaiban di atas keajaiban.


Belajar dari kisah seorang pejuang ini, membuatku semakin memahami, bahwa ternyata ada yang lebih hebat dari sekedar cinta. Yang ini berbeda kisah.. Sayyid quthb tertanya memiliki pengalaman yang memilukan akan percintaan. Bliau pernah 2 kali jatuh cinta, namun juga 2 kali patah hati. Yang pertama, bliau jatuh cinta dengan gadis di kampungnya, namun sungguh tragis, gadis tersebut ternyata menikah dengan orang lain setelah 3 tahun ditinggal Sayyid quthb belajar di kairo. Sayyid pun menangisi kejadian ini. Kemudian yang kedua, sayyid quthb jatuh cinta dengan gadis asal mesir,, namun tragisnya, pada saat hari pernikahan mereka, sang gadis dengan menangis, akhirnya mengakui bahwa sayyid adalah laki-laki kedua yang pernah singgah di hatinya. Sontak, pernyataan itu akhirnya meruntuhkan keangkuhan sayyid, bahwa ia menginginkan seorang wanita yang tidak hanya perawan fisiknya, namun juga perawan hatinya. Namun, gadis itu hanya memiliki keperawanan fisik. Sayyid merasa tenggelam dalam penderitaan yang panjang, sampai akhirnya, ia harus memutuskan hubungan dengan sang gadis. Tapi justru keputusan ini, membuatnya semakin menderita. Pada saat ia ingin rujuk, sang gadis menolaknya. Ada banyak puisi yang lahir dari penderitaan itu. Ia bahkan membukukan romansa itu dalam sebuah roman.

Sayyid merasakan impiannya hancur berkeping keping, “Apakah kehidupan memang tidak menyediakan gadis impianku, atau perkawinan pada dasarnya tidak sesuai dengan kondisiku?” Setelah itu ia berlari meraih takdirnya; dipenjara 15 tahun, menulis Fi Dzilalil Qur’an, dan mati di tiang gantungan! Sendiri! Hanya sendiri!!

Sungguh memilukan bukan, kisah percintaannya,, namun ada pelajaran yang begitu berharga yang ku ambil. Kebesaran jiwa, yang lahir dari rasionalitas, dan sangkaan baik kepada Allah, adalah keajaiban yang mampu menjadi sumber energy hebat untuk menjadikannya tetap sebagai pahlawan kehidupan. Ketika kehidupan tidak cukup bermurah hati mewujudkan mimpi mereka, mereka justru menambatkan harapan kepada sumber segala harapan; Allah!

Maka, tak selamanya cinta menjanjikan keindahan.. ketika hati tersayat oleh duri yang dihasilkannya, maka berobatlah pada yang menciptakan cinta itu. Alloh, Robbul ‘izzati..
Untuk apa menangis karnanya? Untuk apa rela mengakhiri hidup karnanya? Dan untuk apa rela menggadaikan akal sehat oleh sesuatu yang sebenarnya terlalu kecil jika dibandingkan cinta Nya pada kita?
Wallohu ‘alam.

Inspired : catatan anis mata (serial cinta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar