Sabtu, 27 September 2014

filantrofi

Baiklah.. kali ini saya dibuat speachless.
Oleh mereka, para pemilik "tangan panjang". Mereka yang kerap sekali berderma. Mungkin bisa dikatakan ini hobi yang menjadi candu. Maka, sebutlah mereka, filantropi.

Saya telah menjadi saksi orang-orang dengan tipe ini. Percaya tidak percaya, saya suka mengamati para filantropi yang mampir ke kantor saya. Wajahnya damai, dan saya mendapati ketentraman dan kelapangan yang emmm.. sulit digambarkan.

Banyak memberi, tak akan membuatmu Miskin

Ini janji Allah. Dan saya termasuk kedalam tipe orang yang percaya bahwa banyak memberi justru membuat kita semakin kaya.

Namun, permasalahan akan muncul bilamana ada kondisi memberi menjadi sesuatu yang berat saat dalam kesempitan. Maka inilah ujiannya. Memberi saat lapang adalah kebaikan, tapi, selalu ada kebaikan di atas kebaikan yang lain yaitu memberi saat dalam kesempitan. Ini yang mungkin untuk kalangan kita yang masih perhitungan dengan kalkulasi duniawi menjadi perihal yang bikin kita jadi mikir very deep. Yeah, untuk pemilik iman yang masih compang camping macam kita *saya terutama*, perlu banyak belajar agar bisa jejeg untuk soal yang satu ini.

Saya teringat kisah seseorang, sebutlah namanya Budi. Budi bercerita, bahwa dia pernah bertekad untuk istiqomah memberi. Lalu dia dihadapkan pada kondisi, "diminta" untuk berinfaq sandal bagi pedagang kaki lima yang tak beralas kaki. Saat itu, dia merasa mudah untuk melakukannya. Selanjutnya, Ujian serasa bertambah berat tatkala Budi dihadapkan pada kondisi yang hampir sama dengan pedagang kaki lima yang tak beralas kaki berjumlah banyak *saat itu, dia tak mengatakan jumlahnya berapa, atau saya lupa??*. Nah, saat itulah kemudian tekadnya serasa Allah uji kesungguhannya. Dan Budi, dengan jujurnya mengatakan, "kali ini saya belum lulus".
Hiyaaaah.. #jleb

Doi bilang klo doi belum lulus. Karena doi masih merasa berat di ujian keduanya. Lha saya?? *pletak*. Saya merasa sungguh luar biasa, sebab niat baiknya Allah kabulkan. Ini terlihat awesome, bahwa secara tidak sadar, Allah tengah mendidiknya dan membantunya untuk mewujudkan impiannya menjadi filantrofi. Tentu, dengan ujian yang datang secara eksponensial mengikuti arus ketulusan yang muncul. 

Well, pada proses perjalanannya, kita akan dapati mereka-mereka *para filantrofi* menjadi begitu menggebu untuk soal berbagi. Seperti sudah ketagihan kalau saya bilang. Mungkin mereka telah begitu menikmatinya.

Nah ini..
Rasanya kita belum pada tahap menikmati amalan hingga menjadikannya candu yang membuat kita rindu untuk berlaku.

#notetomyself                                                                                                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar