Senin, 01 September 2014

Nyampah

Kalau berbicara soal perkembangan zaman. Tidak hanya soal teknologi yang berkembang dengan pesat. Tapi efek dari pesatnya teknologipun ikut berkembang. Selain itu, kalian tau? Bahasa pun agaknya tak mau ketinggalan zaman. Dia bermutasi dan kemudian berkembang biak menjadi banyak ragam dan jenisnya. Di indonesia, selain ada bahasa indonesia dan bahasa daerah, ada pula yang namanya bahasa alay. Emm.. mungkin bahasa alay ini adalah hasil dari perkawinan tidak sempurna antara bahasa indonesia yang di asingkan atau sebaliknya. Selain itu, kita sering mendengar istilah bahasa gaul dari mulut anak-anak bau kencur dan ingusan. Maka, jangan heran.. orang-orang yang gak ngerti bahasa gaul akan di anggap ndeso dan katrok *kasian deh loe*.

Baiklah, masih soal bahasa, berkembangnya media sosial di kalangan masyarakat dunia kemudian memunculkan istilah-istilah baru yang dirasa lebih hemat dan tidak menguras jumlah karakter huruf. Wal hasil, jangan tanyakan arti CMIIW ke nenek kalian ya, pliisss.. kalau kalian tidak mau melihat nenek kalian stroke. Aaah.. saya kadang heran, mengapa jumlah karakter di twitter sangat di batasi? Ini yang pada akhirnya muncul singkatan-singkatan yang aneh.

Tidak heran, perkara sampah menyampah pun mulai berkembang. Padahal negara sudah di bikin pusing akibat banyaknya sampah yang belum terkelola di TPA, dan sekarang?? Nyampah pun sudah menjadi budaya di kalangan nettizen. Orang bebas menyampah ria dimana aja yang mereka suka, curhat sana sini dan mengumpat dimanapun. Dari sinilah, manusia seperti di manjakan dengan beragam fasilitas untuk men-share apapun. Apapun! Foto selfie dengan muka miring 45derajat, mata belo dan bibir monyong 3 senti, kabar duka, kabar bahagia, umpatan, kejengkelan dan keluhan. Baiklah.. pada akhirnya sajadah dan tempat sujud dilupakan. Oke fix!

Selama setahun, Indonesia menghasilkan sampah 73 juta ton sodara-sodara!. 73 juta ton. *mata terbelalak* baik saya kasih angka 0 nya 73.000.000 ton atau setara 73.000.000.000 kg. Ini baru sampah fisik yang kita lihat sehari-hari. Belum lagi sampah media sosial dan sampah masyarakat (ups). Betapa menyedihkannya.

Kita tahu, banyak sudah tawaran solusi atas permasalahan sampah ini. Tapi kadang kita lupa, kita sendiri (sebagai kontributornya) belum memiliki sikap bijak terhadap persoalan mendasar ini. Masih nyampah sembarangan. *nunjuk diri sendir* #pletaakk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar